Bibit jamur kuping diproduksi melalui tahap-tahap pembiakan. Tahap
pertama adalah pembiakan spora (basidiospora) yang dihasilkan oleh
basidium. Tahap ini dilakukan melalui kultur jaringan dan hasil
pembiakan pada tahap ini berupa benang-benang jamur (miselium) yang
disebut turunan pertama (F1).
Tahap kedua adalah pembiakan
miselium F1. Pembiakan tahap ini merupakan perbanyakan miselium hasil
pembiakan tahap pertama. Hasil pembiakan tahap kedua ini disebut F2.
Pembiakan tahap ketiga merupakan perbanyakan miselium hasil pembiakan
tahap kedua. Hasil pembiakan tahap ini disebut F3. Sedangkan pembiakan
tahap keempat merupakan perbanyakan miselium tahap ketiga sehingga
diperoleh bibit jamur siap tanam (F4).
A. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Pertama (F1)
Langkah
awal, sebelum melakukan pembiakan spora jamur kuping, adalah
mempersiapkan peralatan dan media tumbuh. Peralatan yang digunakan
meliputi tabung reaksi dan rak penyimpanan, kapas, kertas loyang atau
kantong plastik, tali karet, autoclave (alat sterilisasi otomatis), meja
pembiakan, dan peralatan pelengkap lainnya.
Media
tumbuh yang biasa digunakan dalam pembiakan tahap pertama dapat
dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu bahan alami dan bahan semi
sintetis. Bahan alami yang dapat digunakan adalah tepung jagung, tepung
kentang, bawang, dll. Bahan-bahan ini biasanya digunakan dalam bentuk
ekstrak (cairan jernih), sari, atau rebusan (decoction).
Bahan-bahan
semi sintetis untuk media tumbuh dalam pembiakan jamur adalah campuran
kentang-glukose-agar atau campuran agar, glukose, ekstrak ragi atau
agar, dan pepton-glukose.
Media tumbuh yang cukup efektif untuk
pembiakan miselium F jamur kuping adalah bahan semi sintetis berupa
campuran agar, glukose, dan kentang (tepung kentang). Tepung agar
digunakan sebanyak 1,5% — 2%. Sedangkan bahan lain ditentukan
berdasarkan coba-coba (trial error).
Macam komposisi media tumbuh untuk pembiakan kultur jaringan (F1) jamur kuping yang telah populer adalah sebagai berikut.
- Sari
buncis dan tauge dicampur dengan media agar: Campuran (adonan) media
ini disterilisasi selama 1 jam. Media ini siap digunakan sebagai biakan
murni (kultur jaringan) setelah diolesi atau ditanami sayatan (jaringan)
tubuh buah jamur kuping dewasa.
- Parutan bawang bombay dan ubi
kentang: Parutan bahan-bahan ini dicampur tepung aren (enau) dan
dimasukkan dalam larutan agar dengan komposisi: kentang 100 gram; bawang
bombay 50 gram; tepung area 150 gram, dan agar 150 gram.
- Potato
Dextrose Yeast Extract Agar (PDY): Komposisi media tumbuh jamur kuping
ini telah berhasil digunakan dalam pembiakan miselium F1 di Balai Benih
Induk Ngipiksari, Yogyakarta. Komposisi media ini terdiri atas kentang,
dextrose (glukose), dan tepung agar.
Penyiapan media tumbuh PDY
dimulai dari pencucian dan perebusan kentang. Sebanyak 200 gram kentang
segar dibersihkan (tidak dikupas kulitnya) dan dicuci dengan air bersih
lalu diiris-iris (dicacah) kemudian dicuci lagi berulang-ulang sampai
air bekas cuciannya tampak jernih. Setelah bersih, iris-irisan kentang
dibilas lagi dengan air suling (aquadest). Caranya, irisan kentang
direndam dalam panci selama 10 menit, kemudian direbus dalam 700 — 1.000
ml air (aquadest) selama 1 jam sehingga airnya menyusut tinggal 500 —
600 ml. Kemudian, air rebusan (ekstrak) ini disaring dengan kain flanel
atau kain lain yang mata saringannya kecil dan air saringan ditampung
dalam botol.
Tambahkan beberapa mililiter air pada ekstrak (air
rebusan kentang) yang telah disaring tersebut sehingga volumenya
mencapai 1.000 ml. Tambahkan pula 9 — 15 gram tepung agar dan 10 — 20
gram glukose (dextrose) lalu diaduk-aduk dan direbus dalam autoclave
selama 15 menit pada tekanan 15 lbs.
Selesai perebusan langsung
dilakukan pendinginan. Media tumbuh yang telah dingin dapat segera
dimasukkan dalam tabung reaksi pembiakan. Setiap 1 (satu) liter media
tumbuh buatan tersebut dapat digunakan sebagai media tumbuh biakan murni
(kultur jaringan) jamur kuping sebanyak 150 — 200 tabung biakan.
Sebaiknya, media tumbuh buatan ini segera digunakan sehingga tidak
terkontaminasi oleh bahan-bahan pencemar (pollutan), bakteri, atau
organisme mikro (renik) lain yang bersifat merusak dan membusukkan media
tumbuh buatan tersebut.
Jika jumlah media tumbuh buatan yang
disiapkan melebihi kapasitas tabung reaksi pembiakan, maka sisa media
tumbuh tersebut harus disimpan dalam suhu dingin dan ruangan steril.
Sisa media buatan tersebut dapat digunakan untuk pembiakan periode
berikutnya.
Langkah berikutnya adalah memasukkan media tumbuh
dalam tabung reaksi sebanyak 1 sendok makan, kemudian disumbat dengan
kapas. Sumbatan kapas di luar tabung reaksi dibalut dengan kertas loyang
dan diikat dengan tali keret. Ulangi pekerjaan serupa untuk pembiakan
lainnya.
Selanjutnya, tabung-tabung reaksi dan isinya dimasukkan
dalam autoclave atau alat sterilisasi otomatis untuk dilakukan
sterilisasi pada suhu 125°C selama 1 jam. Untuk menghemat sekaligus
mengefektifkan alat sterilisasi, maka posisi tabung reaksi di dalamnya
diatur berjajar miring ke salah satu sisi atau miring bersilangan.
Selesai
pelaksanaan sterilisasi, tabung reaksi dibiarkan selama beberapa jam
hingga suhunya dingin. Kemudian, tabung reaksi berisi media tumbuh
steril dimasukkan ke dalam ruangan steril pula. Lepaskan kertas loyang
penutup kapas dan simpan tabung reaksi tersebut dalam rak khusus (rak
penyimpanan) dalam posisi miring. Tujuannnya adalah supaya media tumbuh
jamur tersebar pada dinding tabung reaksi bagian dalam sekaligus supaya
terjadi penyebaran pertumbuhan miselium jamur kuping dalam tabung reaksi
sehingga memudahkan pelaksanaan pengambilan untuk pembiakan tahap
berikutnya. Tabung reaksi tersebut dibiarkan selama 24 jam supaya media
tumbuh steril menjadi dingin pada suhu kamar.
Langkah selanjutnya
adalah menyiapkan pelaksanaan kultur jaringan, yaitu inokulasi
(penanaman bibit) berupa sayatan (jaringan) tubuh buah jamur kuping
dewasa yang berisi basidiospora. Sayatan ini diambil dari jamur kuping
dewasa (umur 3 — 4 minggu sejak pembentukan calon jamur atau pin head)
yang memiliki tubuh buah besar, tebal, dan sehat.
Tubuh buah
jamur yang akan diambil jaringannya terlebih dulu dibersihkan dan dicuci
atau dicelupkan dalam alkohol 70% selama 1 — 5 menit. Bahan-bahan kimia
yang lazim digunakan untuk pencucian bibit jamur antara lain alkohol
70%, formalin 5%, mercurochloride 0,001%, silver nitrate 0,1%, mercuric
cyanide 0,1%, sodium hipochloride atau calcium hipochloride 0,35%,
carbonic acid 1%, potasium permanganat 2%, dan hydrogen peroxida 3%.
Tubuh
buah jamur kuping bersih dan steril diletakkan pada papan atau wadah
lain yang steril, kemudian diletakkan di atas meja pembiakan. Meja
pembiakan diaktifkan, lampu dinyalakan, dan mesin hisap (filter) udara
dihidupkan dengan menekan tombol (knop) pengontak.
Setengah jam
sejak meja pembiakan diaktifkan, kemudian semua tabung reaksi berisi
media tumbuh steril yang telah dingin beserta rak penyimpanannya diambil
dan ditaruh di atas meja pembiakan. Kemudian. kapas penyumbatnya
dibuka.
Bagian tubuh buah jamur kuping yang paling tebal terletak
pada bagian "ketiak"nya. Pada bagian ini terdapat sumber-sumber
percabangan hifa atau miselium atau kantong basidiospora. Bagian ini
disayat selebar 0,1 cm, tebal 0,1 cm, dan panjangnya sekitar 1 cm. Untuk
memudahkan penyayatan, kita dapat menggunakan spatula (pisau lancip
bertangkai) atau pisau bedah yang tajam dan steril.
Selanjutnya,
sayatan (jaringan) tubuh buah dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
permukaan tabung disumbat kembali dengan kapas. Penanaman sayatan tubuh
buah tersebut harus dilakukan di atas meja pembiakan. Kemudian, tabung
reaksi tertutup yang telah diisi sayatan tubuh buah diletakkan dalam rak
penyimpanan di dalam ruang steril (ruang pembiakan) dan pekerjaan
serupa diulangi untuk pembuatan bibit F1 pada tabung reaksi lain yang
telah disiapkan. Setiap tubuh buah jamur dapat diambil sebanyak 10 — 15
sayatan yang mengandung spora (basidiospora).
Spora jamur kuping
disimpan dalam ruangan steril yang agak gelap selama 20 hari hingga
tumbuh benang-benang miselium berwarna putih yang memenuhi media tumbuh.
Selanjutnya, biakan miselum ini digunakan sebagai bibit pada pembiakan
tahap kedua. Tabung reaksi pembiakan yang gagal dan tidak tumbuh
miselium segera dibuang supaya tidak mencemari (mengkontaminasi) tabung
pembiakan yang tumbuh baik. Miselium yang rusak dapat diidentifikasi
dari media yang berbau busuk dan berwarna coklat kehitam-hitaman. Tabung
reaksi tersebut dibersihkan untuk digunakan pada pembibitan (inokulasi)
periode berikutnya.
B. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Kedua (F2)
Langkah-langkah
pembiakan tahap kedua (F2) tidak berbeda dengan tahap sebelumnya.
Langkah pertama adalah persiapan peralatan dan media tumbuh. Peralatan
(wadah) pembiakan tahap ini berupa botol kaca bening (transparan) 220
ml, kapas, kantong plastik, tali karet, dan autoclave. Semua peralatan
harus kering, bersih, dan steril.
Media tumbuh berupa campuran
serbuk kayu, dedak halus (bekatul) dan kapur (CaCO3) dengan komposisi
masing-masing 81%; 18%, dan 1%. Macam media tumbuh lain adalah serbuk
gergaji, dedak halus, gypsum (CaSo4), kapur (CaCO3), air, dan TSP.
Komposisi masing-masing bahan adalah: serbuk gergaji 100 kg, dedak halus
10 kg, gypsum 1,5 kg, kapur 0,5 kg, air secukupnya, dan TSP 0,5 kg.
Media
tumbuh dalam pembiakan F2 (termasuk F3, F4 dan media tumbuh dalam
pemeliharaan) harus memenuhi persyaratan ideal pertumbuhan miselum jamur
kuping. Media tumbuh harus mengandung unsur C (carbon) dalam bentuk
karbohidrat dalam jumlah (kandungan) yang cukup tinggi. Media harus
mengandung unsur N dalam bentuk Amonium. Unsur ini akan diubah oleh
jamur menjadi protein. Syarat lain media tumbuh jamur adalah mengandung
unsur Ca yang berfungsi untuk menetralkan asam oxalat yang dikeluarkan
oleh miselium, pH antara 3 — 7, kelembaban 68%, CO2 kurang dari 1%, dan
suhu sekitar 23° C — 25° C.
Langkah kedua dalam pembiakan ini
adalah penyiapan media tumbuh. Serbuk kayu disiram dengan air bersih
agar bebas dari kotoran dan cemaran getah atau minyak, kemudian ditimbun
di atas lantai terbuka selama 1 — 1,5 bulan. Pada umumnya, jamur kuping
tumbuh pada kayu atau serbuk kayu dari tanaman bercabang (dikotil),
bertajuk rimbun, berkayu lunak, berumur lebih dari 10 tahun, dan bukan
jenis kayu yang mengandung minyak seperti pinus. Tetapi, jamur kuping
tumbuh optimal pada beberapa jenis kayu tertentu. Oleh karena itu,
serbuk kayu yang digunakan sebagai media tumbuh pada pembiakan ataupun
pemeliharaan jamur kuping sebaiknya dipilih dari penggergajian kayu
tertentu. Jenis-jenis kayu yang baik sebagai media tumbuh jamur kuping
adalah kayu kecapi, durian, rambutan, apokat, dadap, dan pasalama.
Timbunan
serbuk kayu bersih dan basah (kandungan air sekitar 62%) diaduk dan
dicampur dengan dedak halus dan kapur sesuai dengan komposisi
masing-masing. Dedak halus dipilih yang masih segar dan baik serta
bersih (tidak tercampur sekam atau kotoran lain). Dedak yang telah
disimpan dalam waktu cukup lama akan menggumpal dan mengalami fermentasi
(pembusukan). Dedak ini kurang baik untuk campuran media tumbuh
pembiakan jamur kuping. Usahakan supaya campuran media tumbuh tersebut
teraduk merata.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan media
tumbuh dalam botol kaca bening sampai penuh dan pantat (dasar) botol
dibenturkan pelan-pelan pada lantai atau alas papan dan permukaan media
tumbuh pada lubang botol ditekan dengan ujung jari berulang-ulang agar
media tumbuh dalam botol lebih padat (memadat) dan tingginya mencapai
leher botol. Tambahkan lagi media tumbuh sampai penuh lalu dipadatkan
lagi sehingga botol terisi penuh dan padat.
Pada permukaan media
tumbuh dalam botol dibuat lubang sedalam 3 cm dan diameter 1 cm.
Caranya, permukaan media tumbuh pada mulut botol ditekan dengan ujung
kayu runcing dan gilig (silindrik). Kemudian, alat tersebut diangkat
(dicabut) kembali sambil diputar pelan-pelan sehingga permukaan media
berlubang dan memadat sampai batas leher botol.
Mulut botol
disumbat dengan kapas dan ditutup dengan kantong plastik, kemudian
diikat dengan tali karet. Pekerjaan serupa diulangi pada botol-botol
yang lain.
Botol-botol yang telah berisi media tumbuh
disterilsasi dalam autoclave selama kurang lebih 1 jam pada suhu 100° C —
125° C (suhu sterilsasi konstan minimal 30 menit). Posisi botol dalam
autoclave sama dengan posisi sterilisasi tabung reaksi F1. Tujuan
penysusunan botol-botol ini adalah agar penggunaan autoclave serta
pelaksanaan sterilisasi lebih efektif dan efisien.
Setelah
sterilisasi selesai, kemudian botol yang berisi media tumbuh tersebut
didinginkan. Dalam keadaan hangat, botol-botol tersebut dibongkar dan
dimasukkan ke dalam ruangan pembiakan yang steril. Botol-botol berisi
media tumbuh dibiarkon selama 12 — 24 jam agar media tumbuh jamur yang
telah steril tersebut menjadi dingin. Setelah dingin, botol-botol
tersebut diletakkan pada meja pembiakan.
Ambil tabung reaksi
hasil pembiakan F1 dan letakkan di atas meja pembiakan. Dalam keadaan
tertutup kapas penyumbat, tabung reaksi segera disterilisasi dengan cara
disemprot alkohol dan kapas penyumbatnya dibakar selama 10 — 15 detik.
Selanjutnya, dilepas (dicabut) dengan pinset panjang tetap dalam keadaan
terbakar, lalu mulut tabung reaksi dibakar di atas lampu spirtus selama
5 detik.
Miselium biakan F1 dimasukkan kedalam botol pembiakan
F2. Caranya, buka sumbatan kapas botol pembiakan F2 dan pungut (ambil)
miselium biakan F1 dengan piset, lalu tanamkan miselium tersebut pada
lubang media tumbuh dalam botol pembiakan F2. Setiap biakan F1 dapat
digunakan sebagai bibit pembiakan F2 sebanyak 15 — 20 botol. Botol
pembiakan ditutup lagi dengan kapas penyumbat (penutupnya) dan
ditempatkan di atas rak dalam ruangan steril, baik di sekitar meja
pembiakan ataupun di ruangan lain
Botol-botol yang telah diisi
dengan miselium jamur kuping disimpan dan ditumbuhkan selama 1 bulan
agar miselium jamur kuping tersebut berkembang memenuhi seluruh
celah-celah (pori-pori) media tumbuh dalam botol. Miselium yang tumbuh
dengan baik akan berwarna putih, sedangkan miselium yang rusak akan
berwarna coklat busuk.
Botol-botol pembiakan yang rusak
disingkirkan dan seluruh isi media tumbuh di dalamnya dibuang. Kemudian,
dinding botol bagian dalam disikat dengan spon atau sikat bertangkai
dan dicuci dengan air bersih lalu disimpan dalam keadaan kering.
C. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Ketiga (F3)
Prinsip
dan langkah pembiakan tahap ketiga (F3) sama dengan pembiakan tahap
kedua. Bibit pembiakan F3 ditanam dari basil pembiakan F2. Miselium yang
berkembang dalam media tumbuh F2 dihancurkan dengan kayu atau pinset
atau pengaduk besi bertangkai panjang yang telah disterilisasi.
Kemudian, miselium ditumpahkan langsung di atas mulut botol pembiakan F3
atau ditampung di atas piring atau cawan porselin. Setiap botol biakan
F2 dapat digunakan sebagai bibit pembiakan F3 sebanyak 150 — 200 botol
dan disimpan atau dikembangkan (ditumbuhkan) selama 1 bulan.
D. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Keempat (F4)
Prinsip
pembiakan tahap keempat tidak berbeda dengan pembiakan F3 ataupun F2.
Pelaksanaan pembiakan F4 dilakukan dalam ruangan steril yang lebih luas.
Media tumbuh yang digunakan adalah serbuk kayu, dedak halus, dan kapur.
Sedangkan penanaman bibit (inokulasi) pembiakan ini dilakukan dalam
kantong plastik (polybag).
Siapkan media tumbuh dan kantong
plastik bening tahan panas agak tebal (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30
cm. Masukkan media tumbuh dalam kantong plastik sampai penuh, kemudian
padatkan dengan cara menekan permukaan plastik sampai ketinggian isi
kantong (media tumbuh) tinggal 18 cm — 20 cm. Pemadatan dilakukan secara
manual atau menggunakan mesin. Pemadatan cara manual dilakukan dengan
menarik permukaan atas kantong plastik dan menekan permukaan media
tumbuh dengan lempeng bulat yang diameternya sama dengan diameter
kantong plastik. Selanjutnya, permukaan atas bagian tengah media tumbuh
dibuat lubang dengan diameter 1 inchi (sekitar 2,5 cm) sedalam 7,5 cm —
10 cm.
Bagian atas kantong plastik (polybag) yang sudah diisi
media tumbuh dipasang cincin dari potongan pipa pralon (diameter dan
tinggi cincin sekitar 3 cm) atau potongan bambu lalu disumbat dengan
kapas dan ditutup plastik atau kotak kayu steril. Selanjutnya, poly-bag
disusun dalam keranjang plastik (bambu) dan dimasukkan (disterilisasi)
pada suhu 90° C —95° C dalam ruang penguapan atau ruang sterilisasi
(steamer) selama 5 — 10 jam. Pelaksanaan sterilisasi polybag ini paling
lambat 24 jam sejak disiapkan dan sterilisasi dapat dilakukan dengan
cara merebus dalam air mendidih selama 4 jam pada suhu 95°C — 100° C.
Setelah
sterilisasi polybag selesai, segera dilakukan pendinginan. Matikan
steamer dan biarkan suhu ruangan penguapan menurun hingga 60° C. Sambil
menunggu pendinginan tersebut, lakukan sterilisasi ruangan pembiakan.
Ruangan disemprot dengan baysol dicampur alkohol atau aquades (air
suling) dengan perbandingan (komposisi) 1 : 6. Lantai ruangan
dibersihkan dengan semprotan baysol dalam air, lalu dipel (dilap) dengan
kain bersih.
Peralatan, termasuk pakaian tenaga kerja, harus
steril. Semua peralatan dan tenaga kerja disemprot atau dibasuh dengan
alkohol. Dalam setiap pelaksanaan pembiakan, sebaiknya menggunakan
masker atau penutup mulut dan hidung (dari kain steril).
Setelah
suhu ruangan penguapan dingin (sekitar 60° C), polybag dalam keranjang
segera dikeluarkan dari ruang penguapan dan didinginkan dalam ruangan
pembiakan selama 1 hari (24 jam). Suhu ruangan pembiakan ini dapat
diatur dengan air conditioner (AC) atau kipas angin. Ruangan pembiakan
harus dilengkapi lubang ventilasi agar sirkulasi udara lebih lancar.
Bibit
F3 dalam botol pembiakan diambil dari ruang penyimpanan (penumbuhan).
Ujung botol dan kapas penyumbat disemprot dengan alkohol lalu dibakar
selama 1 — 2 menit. Dalam keadaan panas, kapas penyumbat segera dibuka
dan mulut botol dipanggang di atas api selama 10 — 15 detik. Kemudian,
miselium dan media tumbuhnya dihancurkan dengan pinset panjang atau alat
lain.
Campuran miselium dan media tumbuh dalam botol pembiakan
segera ditumpahkan di atas cawan dan segera ditanam (diinokulasi) dalam
polybag media tumbuh yang telah disiapkan. Setiap botol miselium F3
dapat ditanam menjadi 35 — 40 buah polybag. Untuk menghindari
kontaminasi, pelaksanaan penanaman harus dilakukan dengan hati-hati dan
cepat. Untuk itu, pelaksanaan penanaman sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
atau lebih. Caranya, seluruh plastik penutup polybag dan kapas
penyumbat dilepas (dicabut). Kemudian, salah seorang menanamkan bibit
miselium F3 dan seorang lainnya menutup kembali polybag dengan kapas
penyumbat (penutup).
Untuk efisiensi tenaga kerja dan penggunaan
plastik penutup, maka sumbatan kapas polybag tidak perlu ditutup lagi
dengan kantong (tutup) plastik. Untuk itu, plastik penutup ini ditampung
dalam wadah untuk digunakan dalam pembuatan (penyiapan) polybag pada
inokulasi periode berikutnya.
Penanaman miselium jamur kuping
dapat juga dilakukan dengan cara menumpahkan hancuran miselium dari
botol F3 di atas lubang polybag dengan membuka dan menutupnya kembali
kapas penyumbatnya. Cara ini sebaiknya dilakukan oleh tenaga kerja yang
telah profesional (terampil).
Polybag-polybag yang telah ditanami
bibit jamur kuping (polybag inokulen) segera disimpan (diinkubasi)
dalam kubung (rumah jamur). Hasil pembiakan F4 ini dapat dijual kepada
petani dan masyarakat lain atau ditanam sendiri dalam kubung budidaya
jamur kuping. Pelaksanaan pembibitan jamur kuping ini tidak harus
dilakukan secara utuh dan menyeluruh, tetapi dapat dilakukan dalam
unit-unit pembibitan. Petani dan masyarakat dapat melakukan pembibitan
F2 atau F3 atau F4 tanpa harus melakukan pembibitan F1. Syaratnya, bibit
F1 harus dibeli dari petani atau perusahaan lain yang memiliki usaha
pembibitan F 1.