Info seputar, Cara membuat pupuk,Cara Menanam,Cara stek,Taman Hias,Obat herbal,Seputar Dunia Kesehatan Berserta Tips Sehatnya

 

CARA BUDIDAYA SAWI PUTIH

                                      
Iklim
Untuk melakukan budidaya sawi putih ini kita harus mengetahui terlebih dahulu keadaan iklim yang cocok untuk pembudidayaan, karena keadaan iklim ini salah datu faktor awal atau utama untuk keberhasilan perkembangan budidaya sawi putih ini ke depannya.

Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan sawi putih ini yaitu antara 19°C - 21°C. Suhu udara yang terlalu tinggi dari batas yang telah ditentukan akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman sawi dan tidak akan tumbuh dengan sempurna.

Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi putih yang optimal berkisar antara 80% - 90%. Kelembaban udara diatas 90% akan berdapat negative terhadap tanaman sawi putihaa, tanaman akan mengalami pertumbuhan yang tidak sempurna, tinaman tidak subur, kualitas daun jelek, dan apabila pemnanam ditujukan untuk pembenihan maka produksi biji pun rendah.

Curah hujan yang baik untuk tanaman sawi putih ini ialah 1000-1500 mm/tahun, dan perlu diketahui, bahwa tanaman sawi tidak menyukai air yang berlebihan atau menggenang.

Tanah
Tanah yang baik untuk media budidaya tanaman sawi putih ini yaitu, yang subur, tanah, gembur, memiliki kedalaman yang cukup dalam, dan tanah mudah mengikat air. Permukaan tanah yang memiliki ketinggian 1000m dpl sangat cocok untuk tanaman ini.

Waktu Yang Tepat Uuntuk Penanaman Sawi Putih
Sawi putih akan lebih baik ketika mulai penanamannya pada akhir musim penghujan dan memasuki musim kemarau, biasanya bertepatan pada bulan Maret – April. Apabila penanaman dilakukan pada musim penghujan, hal tersebut rentan terhadap serangan hama dan penyakit.

Lahan
Pertama penyiapan lahan untuk persemaian benih, tempat untuk persemaian yang baik ialah:
1. Tempat harus mendapatkan sinar matahari yang penuh
2. Tempat persemaian harus dekat dengan sumber air yang bersih dan banyak
3. Tempat persemaian harus dekat dengan rumah atau camp supaya mudah diawasi
4. Tempat persemain tidak jauh dari lahan penananam atau kebun
5. Tempat persemaian tidak terkena banjir atau air menggenang
6. Media tanam untuk persemaian harus subur, gembur, dan dapat menahan air dengan baik
7. Tempat persemaian harus bebas dari tanaman pengganggu, seperti rumput, sisa-sisa tanaman lain, dan batu-batu kecil

Bibit tanaman sawi putih dapat ditanam dilahan terbuka atau kebun pada umur 21-30 hari, sedangkan persiapan tanah persemaian 15 hari. Maka, persiapan tanah persemaian harus dilakukan lebih awal berselisih 36-45 hari dari jadwal saat tanam di kebun. Sehingga waktu tanam akan tepat.

Pembibitan
Banyak para petani yang membudidayakan tanaman sawi dengan melalui pembibitan generative (melalui biji). Untuk mendapatkan bibit yang baik maka perlu disemai terlebih dahulu sebelum ditanam di kebun, karena benih yang langsung ditanam di kebun biasanya hasilnya kurang baik.

Ada beberapa cara untuk mendapatkan benih yang baik:
1. Pilih biji yang utuh yaitu tidak cacat atau luka, karena biji yang cacat akan sulit tumbuh, kalaupun tumbuh mutunya jelek.
2. Biji sehat, yaitu tidak terserang hama dan penyakit
3. Biji tidak tercampur dengan biji jenis lain
4. Biji tidak keriput, untuk memisahkan antara yang keriput dan tidak, caranya dengan melakukan perendaman, dan biji yang baik akan tenggelam dan yang keriput akan mengapung.

Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk lahan tanam sawi harus sudah diolah 3 minggu sebelum tanaman sawi dipindahkan dari persemaian. Pengolahan tanah dilakukan tiga tahap, tahap pertama tanah dibajak dengan mesin traktor atau manual dengan kedalaman 30-40 cm. tanah yang sudah dibajak dibiarkan selama 1 minggu. Dengan demikian tanah kan mengalami proses pemasaman atau oksidasi.

Setelah 1 minggu lahan diolah kembali pada tahap kedua. Pada tahap ini tanah digemburkan dengan cangkul, supaya tanah menjadi remah, dan sekaligus diratakan. Kemudian tanah dibiarkan lagi selama 1 minggu agar tanah terangin-angin dan terkena sinar matahari.
Tahap ketiga, yaitu tahap penggemburan tanah lagi dengan cangkul tipis-tipis sedalam 30 cm dan sekaligus dilakukan pembuatan bedengan dan selokan.

Pembuatan Bedengan
Ukuran lebar bedengan yaitu 100 cm -120 cmdan panjang 30 cm 40 cm, tergantung varietas yang akan ditanam. Tanaman yang ditanam pada musim penghujan sebaiknya ukuran tinggi bedengan 40 cm agar tanaman terhindar dari genangan air. Sedangkan untuk selokan lebarnya 40 cm. dan pada sekeliling bedengan dibuat drainase selebar 50 cm.

Pemberian Pupuk Dasar
Pemberian pupuk dasar ini biasanya dilakukan berbarengan pada saat pembuatan bedengan. Pupuk yang diberika terdiri dari pupuk kandang, kompos, atau pupuk hijau. Dosis pupuk kandang yang diberikan 10-20 ton/ha. Pemupukan dasar ini bisa juga menggunakan pupuk anorganik Harmony BS1 dan Harmoni P1. Untuk menggantikan pupuk kandang. Penggunaan pupuk cair ini bisa dilarutkan pada air.

Pemasangan Mulsa plastic
Untuk menjaga kualitas tanaman sawi, penggunaan mulsa plastic hitam perak dapat diterapkan. Dengan menggunakan mulsa plastic hitam perak pada bedengan penanaman dapat memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan bididaya tanpa menggunakan mulsa plastic hitam perak.

Penanaman Bibit Di Kebun
Ada beberapa tahapan penanaman sawi putih dilahan terbuka atau kebun, seperti, pemindahan bibit dan seleksi bibit, pengaturan jarak tanam, cara menanam, dan waktu menanam.

Cara memindahkan bibit dari tempat persemaian ke kebun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan system cabut dan system putaran.

1. System cabut, yaitu bibit dicabut secara hati-hati (pelan), untuk mencegah kerusakan pada akar pada saat mencabut sebaiknya tanah disiram air sedikit hingga cukup basah. Kemudian tanaman ditanam ke dalam lubang tanam yang dipersiapkan di kebun.

2. System putaran, yaitu bibit dicabut beserta tanahnya. Sebelumnya tanah disiram oleh air sampai cukup basah. Setelah itu, tanaman bisa langsung ditanam kedalam lubang tanam yang sudah dipersiapkan di kebun.

Penyulaman
Bibit yang ditanam di kebun tidak semuanya tumbuh dengan sempurna, seperti, tanaman rusak, tumbuh kerdil dan kurus, bahkan tanaman ada yang mati. Tanaman-tanaman yang mengalami gangguan atau mati harus segera diganti dengan tanaman yang baru agar produksinya tetap tinggi. Penyulaman biasanya dilakukan seminggu setelah penanaman.

Pemupukan Susulan
Pemupukan susulan dilakukan setelah pemupukan dasar yang telah dilakukan pada saat pengolahan tanah. Pupuk yang diberikan pada pemupukan kedua yaitu pupuk organic atau pupuk kimia buatan pabrik. Jenis pupuk yang anorganik diberikan adalah pupuk Nitrogen (N), pupuk Phosphat (P) dan pupuk Kalium (K). jenis pupuk NPK ini sangat penting diberikan, karena untuk menambah kekurangan unsur hara NPK yang terdapat dalam pupuk kandang dan yang terdapat di dalam tanah.

Penyiangan
Proses penyiangan dilakukan supaya tanaman kecil atau rumput-rumput dan gulma tidak mengambil zat-zat makanan tanaman sawi. Ada dua cara untuk melakukan penyiangan ini yaitu proses manual, mekanik dan kimiawi.

Proses manual dapat dilakukan dengan mencabut rumput-rumput dan gulma dengan tangan atau cangkul. Sedangkan proses secara kimiawi yaitu dengan cara menggunakan obat-obatan pembunuh rumput dan gulma. Sedangkan secara mekanik, yaitu pencabutan rumput dan gulma dilakukan oleh mesin.

CARA MENANAM UBI JALAR YANG BAIK

                                              

Pengolahan Tanah

Pada tahap awal untuk budidaya ubi jalar kita harus mengol,ah tanah yang akan dipakai untuk lahan tanam, karena paktor tanah sangat berperan penting dalam setiap pertumbuhan tanaman. 

Pengolahan tanah untuk budidaya ubi jalar sama halnya seperti pengolahan tanah untuk tanaman lain, tujuannya yaitu agar tanah gembur, bebas dari hama dan subur.

Langkah pertama, pecah dan gemburkan tanah supaya sirkulasi air dan udara menjadi baik dan lancar. Air dan udara dibutuhkan oleh tanaman termasuk umbi jalar. Pada tanah yang gembur, bibit mudah tumbuh bertunas, akar mudah berkembang dan menembus tanah, dan umbi-umbi pun akan tumbuh tanpa kesulitan.

Langkah kedua, mematikan rumput dan gulma serta mengusir hama yang bercokol di dalam tanah. Dalam mengolah tanah, rumput-rumputan dan gulma hendaknya dibersihkan dan dipendam didalam tanah.

Hama-hama hendaknya dapat ditangkap dan basmi. Rumput dan gulma serta hama yang mati terpendam dan membusuk dalam tanah justru akan menjadi humus.

Langkah ketiga, pada saat mengolah tanah sebaiknya sekaligus dengan pemberian pupuk awal yaitu dengan mencampurkan pupuk kandang atau kompos dengan pasir. Tanah yang cocok untuk tanaman ubi jalar adalah tanah yang bercampur pasir. Pasir dicampur dengan kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 2 : 2.

Penanaman ubi jalar dapat dilakukan pada tanah jenis tegalan maupun sawah. Karena kedua jenis tanah tersebut berbeda maka cara pengolahannya pun berbeda juga.

Cara pengolahan lahan tegalan

Cara pengolahan lahan tegalan, tanah dicangkul dan dicampur dengan pupuk dan pasir, kemudian buatkan larikan-larikan dalam bentuk bedengan-bedengan, dengan ukuran lebar 50 cm dengan panjang sesuaikan dengan lahan yang ada, dan tinggi dari dasar selokan 40 cm.

Kemudian antara bedengan dibuatkan selokan dengan lebar 30 cm, panjang sesuai dengan panjang bedengan, dan tinggi 40 cm. Setelah jadi bedengan, biarkan bedengan-bedengan tersebut antara 1 ssampai 3 hari agar tanah terkena sinar matahari dan angin dan embun, sehingga tanah lebih kesat dan pecah menjadi agak lembut. Setelah itu barulah tanah ditanami.

Cara pengolahan lahan sawah

Pada lahan sawah tanah dibiarkan supaya agak kesat dan tidak terlalu basah, kemudian tanah dibajak terlebih dahulu supaya jerami bekas padi tertimbun dan dibiarkan tanah mengalami proses penguapan, biarkan prose situ selama seminggu.

Setelah tanah tersebut kesat dan kadar air sudah mengurang lakukan pencangkulan, hal inni untuk menghancurkan tanah yang menggumpal karena dibajak sekaligus membersihkan sisa jerami.
Setelah tanah gembur dan longgar, maka lakukan pencangkulan kedua dengan tujuan mencampurkan antara pupuk dan pasir pada lahan, dan sekaligus membuat bedengan-bedengan dengan ukuran yang sama seperti di lahan tegalan.

Pemupukan awal

Pemupukan awal sebetulnya sudah dilakukan pada tahap pengolahan tanah, namun untuk memaksimalkan pemberian pupuk bisa dilakukan kembali setelah bibit ditanam selam seminggu. Dan pupuk yang diberikan adalah untuk merangsang tumbuh akar dengan dosis ¼ dari dosis pemakain normal.

Pemupukan dilakukan dengan penyemprotan tentunya dengan pupuk cair yang dicampur air, namun yang perlu diperhatikan pada saat penyemprotan tanah jangan sampai terlalu basah, karena akan mengakibatkan lembab dan busuk pada pangkal bibit.

Jika tanaman umbi jalar dalam waktu seminggu sudah tampak bersemi segar dan tampak pucuk batang mulai menampakan tunas baru, maka pemupuk awal tidak usah dilakukan.

Pemilihan Bibit

Bibiy ubi jalar bisa berupa potongan-potongan umbi dan dapat berupa batangnya. Jika bibit dari umbi dibutuhkan umbi yang besarnya seukuran bola tenis. Namunjika bibit yang akan ditanam berupa batang, hendaknya sudah dibuat potongan-potongan sepanjang 25-35 cm, dengan ruas sekitar 5-6 ruas.
Sisakan 2 atau 3 helai daun pada bagian pucuk. Umbi maupun batang yang akan dijadikan bibit harus bebas dari jamur, hama, dan penyakit.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka pilih bibit dari varietas yang memiliki kualitas unggul, seperti, varietas Borobudur atau prambanan, varietas samarinda atau nanas putih.
Bibit ubi jalar yang berupa batang sebaiknya dipilih batang yang masih muda. Diambil dari ujung batangnya. Jika batang sudah tua hasilnya kurang bagus, karena pertumbuhan lambat dan batang lekas mongering.

Cara Menyemai Bibit

Pilih lahan yang subur dan gembur, kemudian buat bedengan-bedengan seperti biasa. Pilih umbi yang sehat, dengan bentuk bulat yang normal dan berkualitas halus, kemudia potong umbi-umbi tersebut menjadi dua.

Sebelum potongan umbi tersebut ditanam, bedengan dibasahi dulu supaya lembab. setelah itu umbi-umbi dibenamkan. Setelah 20 hari sampai 30 hari akan tumbuh tunas tetapi hanya bagian yang atas ssaja. Pada umur 70 hari dapat diambil stek batangnya untuk ditanam.

Tunggak bekas potongan batang (batang dari umbi) dari persemaian tersebut harus di jaga jangan sampai rusak apalagi terkena penyakit, karena nantinya akan tumbuh tunas lagi, dan tunas-tunas tersebut bisa kita tanam kembali. Kualiatas yang baik hanya 1-3 kali tunas awal dan tunas-tunas selanjutnya jangan digunakan kaerena kualitasnya kurang baik.

Waktu Penanaman

Waktu penanaman ubi jalar bisa kapan saja, namun akan lebih baik lagi apabila waktu penanaman disesuaikan dengan kondisi iklim. Untuk penanaman di tanah tegalan waktu yang baik adalah bulan Februari dan akan di panen pada bulan Juni. Penanaman kedua dilakukan pada bulan Juli dengan masa panen bulan Oktober . 
Sedangkan untuk penanaman dilahan sawah waktu yang tepat adalah bulan Maret atau april dengan masa panen sekitar bulan Juli atau agustus.

Cara Penanaman

Sebelum penanaman bibit, sebaiknya pada tanah kering, selokan diisi air terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar tanah pada bedengan mendapat resapan air dan menjadi lembab.
Setelah lebab bedengan-bedengan dibuat alur atau lajur dengan membuka beberapa cm cekungan dengan jarak antara lajur sesuai dengan aturan tanam. Setelah lajur jadi, bibit dimasukan sebagian bagian pangkalnya dan ditimbuni dengan tanah yang mawur (campuran kompos, pupuk kandang, dan pasir). Jarak antara bibit 30 cm. setelah penanam selesai, maka sebaiknya air dalam selokan dibuang untuk menghindari lahan terlalu lembab dan basah, yang dapat mengakibatkan kebusukan pada bibit.

Pemeliharaan Tanaman

Tahap pemeliharaan tanaman sangat penting untuk diperhatikan karena pada tahap ini kita akan menentukan dan memantau pertumbuhan ubi jalar baik atau tidaknya, maka untuk mendapatkan hasil yang maksimal dada beberapa factor yang harus dilakukan, diantaranya:

1. Pengairan
2. Penyulaman
3. Penggemburan Tanah
4. Pembalikan Batang
5. Penyiangan
6. Pemangkasan
7. Pemupukan
8. Pemberantasan Hama dan penyakit

PANDUAN MENANAM KACANG TANAH


I. PENDAHULUAN 
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.

II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.
c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

2.2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.

3.1.2. Penyiapan Benih
Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan
Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit.

3.2.2. Pembentukan Bedengan 
Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.

3.2.3. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

3.2.4. Pemberian Natural GLIO
Untuk mencegah terjadinya serangan jamur berikan Natural GLIO. Pengembangbiakan Natural GLIO dengan cara: 1-2 sachet Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik) . Pemberian Natural GLIO pada sore hari.

3.2.5. Pemberian Pupuk Makro dan SUPER NASA
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:
a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai rekomendasi setempat.
c. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA.

Adapun cara penggunaan SUPER NASA sbb :
alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram + 10 meter bedengan.

Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.

3.3.3. Perendaman Benih dengan POC NASA 
Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.

3.3.4. Cara Penanaman
Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II).

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong.
Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian perakaran.

3.4.3. Pemberian POC NASA dan HORMONIK
Penyemprotan POC NASA dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.6. Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Uret 
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
b. Penyakit sapu setan
Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
3.6. Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.

TIPS BUDIDAYA KUNYIT

Kunir atau kunyit, (Curcuma longaLinn. syn. Curcuma domestica Val.), adalah termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik
                                               
sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti Turmeric (Inggris), Kurkuma (Belanda), Kunyit (Indonesia dan Malaysia), Kunir (Jawa), Koneng (Sunda), Konyet (Madura).

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.

Syarat Tumbuh
Penyiapan Bibit
  • Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat yang seragam serta untuk memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan abu dapur/sekam atau merendam rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum memiliki 1-3 mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang 3-7 cm.
  • Teknik Penyemaian Bibit
  • Pertumbuhan tunas rimpang kunyit dapat dirangsang dengan cara: mengangin-anginkan rimpang di tempat teduh atau lembab selama 1-1,5 bulan, dengan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore hari). Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar (25-28°C). Selain itu menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28°C. dan merendam bibit pada larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam. ZPT yang sering digunakan adalah larutan atonik (1 cc/1,5 liter air) dan larutan G-3 (500-700 ppm). Rimpang yang akan direndam larutan ZPT harus dikeringkan dahulu selama 42 jam pada suhu udara 35°C. Jumlah anakan atau berat rimpang dapat ditingkatkan dengan jalan direndam pada larutan pakloburazol sebanyak 250 ppm.
Pemindahan Bibit
  • Bibit yang telah siap lalu ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang akan muncul tunas telah tanaman berumur 1-1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2-3 cm maka rimpang sudah dapat ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang telah bertunas harus dilakukan secara hati-hati guna menghindari agar tunas yang telah tumbuh tidak rusak. Bila ada tunas/akar bibit yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan dengan hati-hati lalu letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk memudahkan pengangkutan bibit ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan dengan lahan jauh maka bibit perlu dilindungi agar tetap lembab dan segar ketika tiba di lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah bertunas jangan ditumpuk.
Pengolahan Media Tanam
Persiapan Lahan
  • Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
  • Pembukaan Lahan
  • Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual atau menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan sub soil juga sekaligus mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar matahari.


Pembentukan Bedengan
Lahan kemudian dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengan jarak antar bedengan 30-50 cm.

Pemupukan (sebelum tanam)
Untuk mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase, dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg.

Teknik Penanaman
Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan akan diperoleh produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha.

Penentuan Pola TanamanBibit kunyit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10 cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas. Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola, yaitu penanaman di awal musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan dengan dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.

Pembutan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30x30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60x60 cm.

Cara Penanaman
Teknik penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap pembentukan rimpang kunyit.

Perioda Tanam
Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7-8 bulan tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.

Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
Apabila ada rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain yang masih segar dan sehat.

Penyiangan
Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma) yang mengganggu penyerapan air, unsur hara dan mengganggu perkembangan tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan dan bersamaan dengan ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang agar tumbuh besar dan tanah tetap gembur.

Pembubunan
Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan pembubunan ini diperlukan untuk menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah yang melorot terbawa air. Pembubunan bermanfaat untuk memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih baik sehingga rimpang akan tumbuh subur dan bercabang banyak. Pembubunan biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan biasanya dilakukan secara rutin setiap 3-4 bulan sekali.

Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, dan luas area daun kunyit secara nyata. Kombinasi pupuk kandang sebanyak 45 ton/ha dengan populasi kunyit 160.000/ha menghasilkan produksi sebanyak 29,93 ton/ha.

b. Pemupukan Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman kunyit perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Dengan pemberian pupuk ini diperoleh peningkatan hasil sebanyak 38% atau 7,5 ton rimpang segar/ha. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.

Pengairan dan Penyiraman
Tanaman kunyit termasuk tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu drainase dan pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari genangan air sehingga rimpang tidak membusuk. Perbaikan drainase baik untuk melancarkan dan mengatur aliran air serta sebagai penyimpan air di saat musim kemarau.

Waktu Penyemprotan PestisidaPenyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.

PemulsaanSedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.

Hama dan Penyakit
Hama
Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.)
Gejala: pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu dan lama kelamaan tunas menjadi kering lalu membusuk.
Pengendalian: tanaman disemprot/ditaburkan insektisida furadan G-3.

Penyakit

1) Busuk bakteri rimpang
Penyebab: oleh kurang baik sistem pengairan (drainase) atau disebabkan oleh rimpang yang terluka akibat alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang kemasukan cendawan.
Gejala: kulit akar tanaman menjadi keriput dan mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk dan keropos.
Pengendalian: mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah terlukanya rimpang; penyemprotanfungisida dithane M-45.

2) Karat daun kunyit
Penyebab: Taphrina macullans Bult dan Colletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut Panchaetothrips.
Gejala: timbulnya warna coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang tanaman dewasa/daun yang tua maka tidak akan mempengaruhi produksinya sebaliknya jika menyerang tanaman/daun muda, menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati.
Pengendalian: Dilakukan dengan mengurangi kelembaban; Penyemprotan insektisida, seperti dengan agrotion 2 cc/liter atau dengan fungisida dithane M-45 secara teratur selama seminggu sekali.

Gulma
Gulma potensial pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun yang umum yaitu alang-alang, rumput teki, rumput lulangan, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:

Tembakau (Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.

Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.

Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.

Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.

Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.

Panen
Ciri dan Umur Panen
Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat panen yang terbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun kedua. Saat itu produksi yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila dibandingkan dengan masa panen pada umur kunyit 7-8 bulan. Ciri-ciri tanaman kunyit yang siap panen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati).

Cara Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan cangkul/garpu. Sebelum dibongkar, batang dan daun dibuang terlebih dahulu. Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tidak rusak.

Periode Panen
Panen kunyit dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang terkandung didalamnya mengumpul. Selain itu kandungan air dalam rimpang sudah sedikit sehingga memudahkan proses pengeringannya.

Perkiraan Hasil Panen
Berat basah rimpang bersih/rumpun yang diperoleh dari hasil panen mencapai 0,71 kg. Produksi rimpang segar/ha biasanya antara 20-30 ton.

BACA JUGA TAMAN STEK

Berita Terbaru

Blog Archive