Info seputar, Cara membuat pupuk,Cara Menanam,Cara stek,Taman Hias,Obat herbal,Seputar Dunia Kesehatan Berserta Tips Sehatnya

 

Cara Menanam Anggur Dalam Pot

Bingung bagaimana cara menanam pohon anggur dalam pot yang sederhana dan tidak ribet? Di bawah ini telah DaunKu rangkumkan tutorial penanaman anggur yang dapat Anda coba di rumah. Mari, langsung saja kita simak!
Tahap 1: Persiapan
1. Persiapan Bibit
Sebelumnya Anda harus menyiapkan bibit anggur terlebih dahulu. Untuk penanaman di dalam pot, bibit yang dipilih harus berkualitas baik dan sehat. Jika tidak, akan sangat merugikan waktu sekaligus usaha perawatan Anda. Saat ini terdapat banyak nursery dan toko online tanaman buah yang menjual bibit anggur dengan beragam varietas.
Apabila Anda kesulitan membeli bibit anggur, DaunKu melayani pesanan bibit anggur berkualitas baik untuk Anda. Silahkan kunjungi halaman penawaran di bawah ini:
Sedangkan untuk tutorial penyemaian dan perawatan bibit anggur hingga usia siap tanam, bisa dipelajari pada halaman petunjuk di bawah ini:
Cara Menanam Anggur dengan Stek Batang
2.  Media Tanam
Setelah bibit siap tanam sudah tersedia, maka dilanjutkan dengan menyiapkan media tanam berupa campuran tanah humus : pasir : pupuk kandang (1:1:1:). Pastikan tidak ada hama dan gulma apapun dalam media tersebut, supaya pertumbuhan anggur tidak terganggu.
Anda juga harus menyiapkan pot yang berkualitas, tahan panas dan hujan, serta kokoh. Karena pot tersebut akan digunakan hingga lebih dari setahun. Jangan sampai ketika anggur sudah mulai berbunga, justru pot mengalami kerusakan atau pecah.
3.  Insektisida
Tanaman anggur sangat rentan terserang hama. Sehingga, jika tidak diimbangi dengan pemberian insektisida, maka tanaman akan mengalami kerusakan berat oleh serangan hama tersebut. Oleh sebab itu, belilah insektisida merk Furadan 3G di toko pertanian terdekat.
4.  Penyangga Rambat
Anggur merupakan tanaman rambat. Untuk itu, siapkan kawat besi sebagai penyangga batang anggur. Belilah kawat yang memiliki ukuran cukup besar dan tidak mudah melengkung, supaya batang anggur dapat merambat dengan rapi.
1.  Langkah pertama, aduk seluruh media tanam hingga tercampur rata. Kemudian masukkan ke dalam pot sampai terisi penuh, diikuti pula dengan menanamkan bibit anggur pada bagian tengah pot. Setelah selesai, siram dengan air hingga seluruh media tanam basah.
2.  Langkah berikutnya, buatlah para-para (penyangga rambat) dari kawat besi dengan cara membentuknya seperti jaring-jaring kotak mengelilingi pot. Di sini, Anda bisa melakukannya sesuai kreatifitas masing-masing.
3.  Jika sudah, taburkan insektisida Furadan 3G pada sekeliling pot secukupnya atau sesuai dosis yang dicantumkan pada kemasan. Pastikan bahwa insektisida tidak mengenai batang anggur.
4.  Letakkan tanaman pada lokasi yang teduh (tidak terkena sinar matahari langsung) selama 1 minggu. Dan pastikan bahwa kelembaban media tanam terjaga.
5.  Setelah itu, pindahkan tanaman ke lokasi yang terbuka (terkena sinar matahari penuh) agar pertumbuhan tanaman dapat sempurna. Dan lakukan juga penyiraman setiap pagi agar media tanam tidak kekeringan.
Nah, itulah tutorial cara menanam anggur dalam pot. Cukup mudah, bukan. Apabila penaman sudah dilakukan, maka pelajari juga tutorial cara perawatan tanaman anggur hingga mencapai masa berbunga dan berbuah. Silahkan mempelajarinya pada halaman berikut ini:

ara Menanam Anggur dengan Stek Batang

Tahap Persiapan

1.  Batang Anggur segar.
Siapkan terlebih dahulu bibit Anggur siap semai berupa batang segar yang baru dipangkas dari pohon induknya. Apabila Anda belum memiliki bibit tersebut, mungkin bisa membeli terlebih dahulu di Toko Tanaman milik DaunKu. Silahkan klik disini untuk melihat katalog bibitnya!
2.  Media Tanam.
Media tanam yaitu berupa campuran tanah humus dan pasir, dengan perbandingan 1:1. Sebelum digunakan untuk menanam, pastikan bahwa tanah dan pasir yang dijadikan media tanam tidak tercampur dengan material lain, seperti sampah, kerikil, ranting pohon, dan lain sebagainya. Serta jangan sampai ada serangga yang ikut tercampur di dalamnya.
Selain itu, siapkan juga pot atau polybag untuk tempat penanamannya. Tidak perlu ukuran besar, cukup ukaran kecil atau sedang. Karena, penanaman masih dalam tahap semai (stek batang).
3.  Fungisida dan Vitamin B1.
Silahkan beli dua produk ini di toko pertanian terdekat. Anda sangat membutuhkannya demi kelangsungan hidup tanaman Anggur Anda. Sementara untuk harga, terbilang cukup murah. Lagi pula tidak perlu beli banyak-banyak, secukupnya saja.
4.  Plastik Transparan.
Siapkanlah plastik transparan untuk digunakan sebagai sungkup batang stek. Pastikan bahwa besar atau panjang plastik mampu menutupi seluruh bagian batang stek.

Langkah Penyemaian


1.  Oleskan cairan Fungisida dan Vitamin B1 pada pangkal batang stek. Penggunaan Vitamin B1 berfungsi supaya merangsang pertumbuhan akar. Sementara Fungsida berguna untuk menghindari adanya bakteri dan parasit yang menyerang pangkal batang sekaligus akar barunya.
2.  Siapkan media tanam (campuran tanah dan pasir) pada media pot atau polybag.
3.  Tancapkan batang stek dalam media tanam tersebut secara perlahan dan hati-hati. Jangan lupa padatkan media tanam supaya batang stek tertanam kokoh.
4.  Berikan sungkup plastik transparan menutupi seluruh bagian batang stek, agar kelembaban pada batang stek dapat terjaga.
5.  Kemudian siram dengan air hingga seluruh media tanam basah. Namun jangan sampai menggenang, karena akan memicu pembusukan pada batang stek.
6.  Letakkan semaian stek batang tersebut di tempat yang teduh dan sejuk, supaya proses tumbuh bisa berjalan dengan lancar.
7.  Setelah tumbuh mata tunas sepanjang 1 cm, lepaslah sungkup agar pertumbuhan tunas tidak terganggu. Tunggulah sampai tunas tersebut tumbuh hingga berukuran kurang lebih 10cm.
8.  Apabila tunas telah mencapai panjang 10cm, maka pindahkan bibit ke tempat yang terkena sinar matahari pagi. Sementara untuk sinar matahari siang dan sore harus dihindari dulu.
9.  Selanjutnya, apabila tunas telah mencapai panjang 20cm, maka silahkan pindah ke tempat yang terkena sinar matahari penuh (pagi hingga sore). Dan bibit tersebut dapat dipindah ke media tanam lain atau di lahan tanah pekarangan rumah maupun kebun.

MENGENAL BONSAI

Bonsai merupakan sebuah upaya seni untuk mengkerdilkan tanaman sebagai represintasi dari keindahan panorama alam yang penuh dengan beraneka ragam pepohonan, baik bentuk jenis dan warnanya.

Sejarah Bonsai

Bagi yang sering menikmati keindahan alam tersebut, baik di dataran tinggi maupun dataran rendah pasti memiliki keinginan untuk menanam keindahan pepohonan tersebut. Masalah tempat atau lahan, bagi yang memiliki halaman luas mungkin tidak kesulitan. Akan tetapi hal itu pun tidak menjamin bahwa pohon yang kita tanam akan segera tumbuh. Dan tentu saja membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa tumbuh besar seperti di alam.

Keadaan tersebut tentu saja sangat membatasi keinginan para penggemar keindahan alam untuk memiliki dan memelihara pohon-pohon yang tinggi dan besar. Untuk mengatasi masalah tersebut, beratus-ratus tahun yang lampau bangsa Tiongkok dan Jepang mencoba teknik penanaman pohon di dalam pot. Mereka berusaha mendekatkan tanaman yang berumur panjang tersebut hingga bisa menikmati keindahannya setiap saat.

Tanaman yang dipelihara secara khusus di dalam pot puluhan tahun lamanya, tentu tidak dapat tumbuh secara normal. Pohon-pohonan hambatan pertumbuhan, yang semula dapat tumbuh beberapa meter tingginya dengan pemeliharaan khusus tersebut pertumbuhnya menjadi kerdil. Selain kerdil tanaman ini juga dimanipulasi agar memiliki bentuk yang menarik sesuai dengan kreatifitas pemeliharanya.

Membentuk tanaman yang kerdil dan memeliharanya hingga beberapa ratus tahun lamanya, merupakan suatu seni sendiri. Bentuk kekerdilan pohon tersebut dipertahankan dan diwariskan pada keturunannya oleh pencipta pertamanya.

Seni "pohon kerdil" ini yang sebenarnya mulai dikembangkan di Tiongkok sejak abad sebelas, mulai masuk ke Jepang pada abad lima belas. Di Jepang diberi teknik atau seni mengkerdilkan tanaman ini diberi nama "bonsai". Gambar-gambar bonsai ini banyak menghiasi barang-barang keramik yang cukup indah.

Seni bonsai dari Jepang setelah perang dunia II menjalar ke dunia barat dan Amerika Serikat. Akhirnya negara lain pun ikut serta dalam seni pengerdilan pohon.

Seni Bonsai di Jepang

Seni bonsai di Jepang pada hakikatnya tumbuh sebagai Kelanjutan dari sifat orang-orang Jepang sendiri, yang sangat menyukai keindahan alam yang beraneka ragam bentuk dan warna. Tanaman kerdil yang aneh bentuknya namun sehat pertumbuhannya di dalam pot dipandangnya sebagai simbol dari sifat daya tahan atau "survive". Tahan terhadap keganasan alam bebas yang dapat merusak namun sekaligus menciptakan tanaman yang kuat bertahan hidup.

Tidak bisa dibayangkan betapa besar ketabahan tanaman yang semestinya dapat tumbuh tinggi tegak lurus, tapi dipaksa untuk tumbuh melengkung dan tetap kerdil. Namun, tanaman adalah tanaman, yang bersifat pasif. Dilengkungkan bisa, dipotong bisa, dibuat tumbuh miring juga bisa, dan sebagainya. Asal, yang memperlakukannya tahu bagaimana cara memaksa tanaman yang akan dikerdilkan. Bila rahasia pengkerdilan sudah ditemukan, maka tanaman yang telah kerdil itu akan menyuguhkan keindahan dengan bentuk yang menarik dan mengesankan, sehingga pemiliknya mencintai kreasinya.

Pada mulanya penggemar tanaman kerdil mencari bahannya di alam bebas, yaitu tanaman yang tumbuhnya merana namun masih survive, untuk ditanam di dalam pot. Kemudian tanaman ini dipelihara dengan mempertahankan bentuk aslinya. Lambat laun, tanaman yang kerdil tersebut jarang didapatkan di alam bebas. Padahal kegemaran membuat bonsai masih tetap tinggi. Situasi dan kondisi tersebut memaksa penggemar-penggemar bonsai maupun pengusaha tanaman bonsai mengusahakan secara besar-besaran. Mulai abad kesembilan belas, pencarian atau pengumpulan bahan bonsai di alam bebas dihentikan. Pembentukan bonsai dimulai dari pembibitan dan dilahirkanlah bayi-bayi bonsai. Bentuk bayi bonsai ini berupa semai, stek, maupun cangkok. Sistem ini berkembang dan meluas ke dunia barat hingga Amerika Serikat.

Pada hakikatnya seni bonsai adalah meniru atau membuat tiruan dari bentuk tanaman yang ada di alam bebas yang tumbuhnya merana akibat keganasan alam. Pohon-pohon yang kerdil ini di Indonesia juga disebut dengan nama bonsai dan sudah dikembangkan dan dijual-belikan dengan harga puluhan ribu rupiah. Ini suatu per tanda yang baik, bahwa masyarakat Indonesia sudah mulai mengagumi seni bonsai.

Nama-nama Bonsai di Jepang

Seni bonsai di Jepang sudah menghasilkan karya yang cukup mengagumkan, dengan beraneka ragam bentuk dan rangkaiannya. Pemberian nama bonsai biasanya berdasarkan tinggi, bentuk, dan banyaknya tanaman yang dirangkai. Sehingga dikenal beberapa jenis bonsai.

Berdasarkan tingginya tanaman bonsai dibagi menjadi

  • Mame bonsai, berukuran sangat mini 12,5-15 cm. Potnya tidak lebih besar dari cawan tempat minum sake.
  • Ko bonsai, tingginya 15-30 cm. Jenis bonsai ini sangat terkenal. Tinggi bonsai dibanding dengan tinggi pot, antara 3 : 1. Tinggi tanaman diukur dari atas tanah di dalam pot.
  • Chiu bonsai, tingginya hingga 60 cm sehingga mudah untuk ditangani
  • Dai bonsai. Dai berarti besar, maka tinggi dai bonsai lebih dari 60 cm. Potnya berukuran lebih besar dan berat sehingga tidak mudah dipindah-pindahkan. Oleh karena itu penempatannya sering di kebun atau taman-taman.

Berdasarkan bentuknya tanaman bonsai dibagi menjadi

  • Chokkan bila batang pokoknya tegak lurus.
  • Tachiki bila batang pokoknya tegak dan berliku-liku.
  • Han kengai, batang pokoknya tumbuh setengah menggantung.
  • Kengai, batang pokok menggantung seperti air terjun.
  • Shakan bentuk batang pokoknya agak miring.

Berdasarkan banyaknya tanaman yang dirangkai dalam satu pot tanaman bonsai dibagi menjadi

  • Yose-ue, bila dirangkai 3-4 batang pohon dengan gabungan 2 pohon tinggi dan 1 pohon rendah atau 1 pohon tinggi dengan 2 pohon rendah.
  • Kabumono, satu batang pokok dengan satu atau lebih batang sekunder yang mempunyai ketinggian tertentu, terdiri dari 2 batang atau lebih.
  • Ne-suranari, bila beberapa batang pokok tumbuh dekat pangkal akar.
  • Ishi tsuki, batang pokok tumbuh dengan perakaran yang melingkari batu.
  • Bonkei, bentuk kebun mini dari pepohonan mini yang dirangkai dengan cara lain, misalnya batu-batuan, boneka, dan sebagainya.
Dari uraian tersebut beberapa hal penting mengenai tanaman bonsai dapat disimpulkan bahwa :
  • dalam sebuah pot dapat ditanam sebatang pohon atau lebih,
  • batang pokok dapat berbentuk tunggal atau lebih,
  • bentuk batang pokok dapat tegak lures atau berkelok-kelok,
  • sikap batang pokok dapat tegak, miring, atau setengah menggantung,
  • leher akar dapat tumbuh rata dengan tanah atau berada di atas tanah seperti halnya akar bersirip pada tanaman getah perca, dan
  • bonsai dapat dirangkai dengan benda-benda lain.
Bagi seseorang yang baru ingin mulai mengembangkan daya kreasinya membentuk bonsai, terlebih dahulu memerlukan bekal pengetahuan ala kadarnya tentang tumbuh-tumbuhan. Membuat bonsai pada hakikatnya mempengaruhi bagian-bagian tanaman sedemikian rupa sehingga tampil pertumbuhan yang dikehendaki. Perlu diingat, bahwa tumbuh-tumbuhan sebagai makhluk yang hidup, walaupun bersifat pasif, tetapi akan memberikan reaksi terhadap setiap gangguan pada tubuhnya.

Organ-organ Tanaman Bonsai dan Sifatnya

Hingga saat ini tanaman bonsai pada umumnya termasuk keluarga dikotil atau tanaman yang bijinya berkeping dua. Maka dari itu uraian tentang bagian-bagian tanaman bonsai di bawah ini khusus ditunjukkan terhadap tanaman yang berkeping dua.

Bagian tanaman dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu bagian vegetatif (organum nutritivum) dan bagian generatif (organum reproductivum). Landasan membuat bonsai biasanya dilakukan dengan mengambil bagian vegetatif saja, karena bagian generatif kurang peranannya dalam membentuk bonsai.

Pembagian vegetatif untuk membuat bonsai

  1. Bagian tanaman yang berada di atas tanah berupa batang pokok, dahan, ranting, dan daun. Berada di lingkungan udara terbuka dan lembap, serta tertimpa sinar matahari dan suhu udara yang tidak merata.
  2. Bagian yang berada di dalam tanah, yaitu perakaran yang tumbuhnya ke bawah atau ke dalam tanah dan bersifat menghindari sinar matahari.
    Bagian ini terdiri atas akar tunjang dan akar lateral.
    • Akar tunjang atau ,akar pokok yang tumbuhnya lurus ke bawah.
    • Akar lateral yang tumbuhnya mendatar dan keluar dari dekat leher akar. Akar lateral ini disebut pula feeders. Akar ini pun dapat bercabang-cabang dan beranting dan berakhir pada akar serabut yang fungsinya khusus untuk mengisap zat makanan yang larut dalam air.

Sifat dan fungsi bagian vegetatif untuk membuat bonsai

  1. Batang pokok
    Dapat meningkatkan tinggi karena dilengkapi dengan titik tumbuh pada pucuknya. Lingkaran batangnya pun dapat membesar karena dilengkapi dengan jaringan khusus yang disebut kambium. Letak kambiurn di atas kayu dan di bawah kulit. Tinggi batang pokok dapat dihentikan dengan membuang titik tumbuh. Bila titik tumbuh hilang, sebagai reaksinya kuntum-kuntum di ketiak bagian bawah akan tumbuh. Terbentuklah pucuk atau ujung batang pokok baru.
  2. Dahan
    Tumbuh dari kuntum yang berada di ketiak daun pada batang pokok yang masih muda. Tumbuhnya mendatar atau membentuk sudut kurang dari 90 derajat. Dengan adanya dahan-dahan tersebut akan terbentuk mahkota pohon yang konis, piramidal, bulat telur, bulat panjang, dan sebagainya. Perpanjangan dahan dapat dihentikan dengan memotong titik tumbuhnya. Reaksinya akan mempercepat pertumbuh ranting.
  3. Ranting
    Tumbuhnya dari kuntum yang berada di ketiak dahan. Dapat tumbuh ke arah yang beranekaragam, namun rata-rata tumbuh keluar arah dahan. Pertumbuhan ranting dapat dihentikan dengan reaksi membentuk ranting-ranting baru.
  4. Kuntum
    Kuntum dapat berada di titik tumbuh, ketiak daun, dan ada pula yang terpendam (tidak kelihatan) yang setiap waktu dapat tumbuh sebagai ranting atau dahan baru. Kuntum ini diberi nama kuntum adventif. Dari kuntum ini dapat keluar ranting baru.
    Batang pokok, dahan, maupun ranting dapat diubah arah pertumbuhannya bila masih muda, karena batangnya masih lemas (elastis).
  5. Akar
    Akar sifatnya menghindari sinar matahari. Sifat ini disebut negatif fototropis. Pertumbuhan akar tidak kaku, yang berarti dapat menyesuaikan diri dengan ruang sekitarnya di mana mereka berada. Misalnya akar tunjang menjadi lateral bila tumbuhnya terhalang oleh suatu benda yang tidak dapat ditembus. Sebagai contoh, akar tanaman di dalam pot atau keranjang akan melingkar-lingkar bila sudah tua umurnya. Akar dapat dipangkas untuk menghasilkan cabangcabang baru yang dikehendaki atau untuk diremajakan. Akar sifatnya mudah mengering bila diletakkan di udara terbuka, atau bila tanpa pembungkus.

    Dikenal jenis-jenis akar yang khas dan sering kelihatan pada tanaman bonsai, ialah :
    • akar angin, yang tumbuh dari dahan atau batang pokok (pohon beringin)
    • akar sirip, berbentuk sirip, tumbuh dari dekat pangkal akar, kelihatan jelas di atas tanah. Contoh; akar sirip dari getah perca (Ficus elastica).

Fungsi Bagian Tanaman

Organ-organ tanaman yang berada di atas tanah tidak dapat dipisahkan dari organ-organ yang berada di dalam tanah. Akibat pertumbuhan perakaran akan berdampak pada pertumbuhan batang pokok, dahan, dan sebagainya.

Fungsi daun pada bonsai

Daun merupakan pusat untuk menghasilkan zat karbohidrat, protein, dan lemak. Ketiga zat ini dibentuk melalui proses fotosintesis. Yang diperlukan dari proses tersebut adalah:
  • hijau daun yang sehat,
  • sinar matahari,
  • udara yang mengandung zat asam arang (CO2), dan
  • air.
Hijau daun agar dapat berfungsi dengan baik memerlukan nitrogen (N) dalam bentuk zat nitrat yang larut di dalam air. Bila kekurangan zat N, daun kelihatan menguning.

Air dan matahari dalam proses fotosintesis merupakan faktor penentu keberhasilan. Ketiga zat tersebut di atas merupakan zat makanan bagi bagian tanaman di atas tanah maupun untuk perakaran. Tanpa hasil fotosintesis akar akan menderita. Mula-mula busuk dan akhirnya mati. Apabila akar mati, bagian yang di atas tanah secara konsekuen akan ikut mengering.

Selain menghasilkan ketiga zat tersebut, daun masih dapat menghasilkan lain-lain zat, misalnya vitamin B1 yang berfungsi sebagai zat penumbuh akar, berbagai jenis enzim, dan sebagainya.

Khususnya pucuk ranting dapat menghasilkan zat auksin, sejenis hormon nabati yang berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan. Hormon auksin ini disalurkan ke arah bawah dan apabila mengumpul pada ketiak-ketiak daun yang ada kuntumnya, maka hormon ini akan berfungsi sebagai zat penghambat tumbuh yang dalam Bahasa Belanda disebut remstof. Remstof ini akan aktif kembali bila produksi auksin dari pucuk terhenti, misalnya karena dipangkas.

Dari uraian yang singkat tersebut dapat disimpulkan, bahwa bila pertumbuhan pucuk senantiasa terhadang sebagai akibat dari pemangkasan, maka tanaman akan sangat kekurangan hormon pertumbuhan. Perakarannya pun terbatas. Namun kehidupannya tetap bertahan karena tanaman masih dapat menghasilkan vitamin B1 dari daun yang sudah tua.

Pengendalian produksi hormon auksin ini merupakan salah satu faktor untuk memperlambat pertumbuhan tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil.

Selain itu, daun pada tanaman bonsai juga berfungsi sebagai pembentuk nilai seni, sehingga pada saat melakukan pemangkasan daun juga hurus memperhatikan keindahan tanaman.

Fungsi akar pada bonsai

Fungsi akar yang utama adalah untuk menyerap zat-zat mineral yang larut dalam air dari tanah. Zat-zat mineral ini pada umumnya diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Air yang diserap bersama zat mineral diperlukan untuk fotosintesis. Tanaman yang kekurangan air akan kelihatan layu, terutama bagian-bagian yang masih relatif muda. Zat hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman adalah nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K), kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), Sulfur (S)dan sebagainya. Zat ini harus berada di dalam media dengan jumlah yang memadai. Kekurangan zat-zat tersebut dapat dipenuhi melalui pemupukan. Sewaktu ranting aktif, umumnya akar beristirahat. Maka dalam memindahkan tanaman dari pot yang lama ke pot yang baru sebaiknya sewaktu akar sedang aktif. Karena saat akar aktif tidak ada kuntum yang tumbuh dan ranting-ranting barupun tidak terbentuk.

Bibit bonsai atau bakal bonsai

Bibit bonsai dapat diperoleh dengan berbagai cara, diantaranya adalah:
  1. biji yang khusus disemaikan atau dari semai yang ada di alam bebas,
  2. stek atau cangkok, yang pembuatannya memerlukan sedikit keterampilan,
  3. okulasi, sambung, dan
  4. bongkah-bongkah tanaman yang masih bertunas dan masih kelihatan bertahan untuk hidup.

  • Semai Bakal Bonsai
  • Bibit bonsai yang berasal dari penyemaian memiliki kelemahan yang cukup signifikan. Kelemahan tersebut berkaitan dengan waktu pemeliharaan yang cukup lama sehingga bisa menurunkan semangat atau gairah untuk membentuk tanaman bonsai. Tidak cukup dibutuhkan waktu satu atau dua tahun untuk menjadikan tanaman yang berasal dari bibit semai memiliki daya tarik dalam seni bonsai. Mungkin akan memakan waktu lima hingga limabelas tahun. Hal yang sangat menjemukan tentunya. Namun, bibit bonsai yang berasal dari persemaian ini memiliki nilai tambah tersendiri terutama bagi pembuatnya. Waktu pemeliharaan yang begitu lama dapat memberikan sebuah kepuasan atas penciptaan karya seni yang tidak terhitung nilainya.

  • Stek, Cangkok, Okulasi, dan sambung untuk tanaman bonsai
  • Menyetek, mencangkok, dan membuat okulasi merupakan seni sendiri. Menyetek dan mencangkok dapat menghasilkan tanaman baru dalam jangka waktu yang relatif singkat (1-2 bulan). Sedang membuat okulasi membutuhkan waktu lebih dari 1 tahun.
    1. A. Stek
      Sebelum praktek membuat stek perlu disadari bahwa tidak setiap jenis tanaman bisa distek. Dikenal 3 jenis stek untuk bibit bonsai, yaitu stek lunak, stek setengah lunak, dan stek keras.

      Perbedaan antara tiga jenis stek tersebut adalah sebagai berikut.
      1. Stek lunak dibuat dari pucuk ranting/cabang muda yang masih dalam masa tumbuh,
      2. Stek setengah lunak dibuat dari ranting/cabang yang sudah berhenti pertumbuhannya dan mulai menua batang maupun daunnya. Tetapi, batangnya masih belum mengayu. Umurnya tidak kurang dari satu tahun, berukuran sebesar pensil, dan masih berdaun.
      3. Stek keras adalah dahan yang sudah berumur tak kurang dari satu tahun, berukuran sebesar pensil dan masih berdaun.
      Cara membuat ketiga jenis stek tersebut adalah sama. Langkah pembuatannya sebagai berikut.
      1. Siapkan media berbentuk campuran kompos halus dan pasir yang bersih dari lumpur. Dapat juga dipergunakan serbuk gergaji kayu. Perbandingan antara pasir dan kompos adalah 1 : 1.
      2. Masukkan media di dalam pot atau bak dari kayu yang kedalamannya minimum 10 cm. Isi pot atau bak hingga 3 cm di bawah bibir pot atau bak.
      3. Kemudian basahi media dalam pot dengan air yang bersih dan biarkan air yang berlebihan mengalir keluar.
      4. Untuk stek lunak dan setengah lunak, potong ranting sepanjang 10-12,5 cm di bawah tangkai daun. Diameter stek ± 0,5 cm. Buang daun bagian bawah, kurang lebih setengah dari seluruh daun.
      5. Untuk stek keras panjang ranting atau dahan 15-20 cm, dan dipotong di bawah bagian setengah lunak di atas kuntum daun, sedangkan di bagian bawah dipotong di bawah kuntum daun. Paling sedikit 3 helai daun dibiarkan di atas bagian atas stek. Daun yang lebar dipotong setengahnya.
      6. Manfaatkan zat perangsang tumbuh (ZPT) dalam bentuk tepung atau cairan. Masukkan 2-3 cm pangkal stek ke dalam zat tersebut.
      7. Masukkan pangkal stek ke dalam media.
      8. Kerudungi stek dengan plastik yang tembus sinar, setelah sebelumnya disemprot dengan sprayer.
      9. Letakkan di tempat yang teduh.
      10. Bila dalam waktu 1 minggu daun pucuknya masih segar, kemungkinan besar stek akan berakar.
      11. Bergantung pada jenis tanaman, umumnya pada umur 1 bulan atau lebih stek sudah dapat dipindahkan ke dalam pot individu.
      12. Dalam pot individu ini stek dibiarkan tumbuh hingga cukup besar untuk dijadikan bonsai. Usahakan jangan sampai semaian stek ini mengalami kekeringan, jaga kelembapannya. Namun, jangan sampai terlalu banyak air. Pada umumnya stek keras lebih lama mulai berakarnya.
    2. B. Cangkok
      Untuk membuat cangkok pilihlah dahan minimal sebesar pensil atau ibu jari, dan kulitnya mudah dikelupas (tidak lengket).

      Teknik membuat cangkok :
      1. kupas kulit dahan selebar 3-5 cm,
      2. buang lendirnya dengan cara mengikis atau melap dengan kain yang kering,
      3. kemudian tutup lukanya dengan mos yang sudah dibasahi atau ditutup dengan campuran tanah yang remah dan kompos dengan perbandingan 1 : 1,
      4. balut mos atau tanah dengan lembaran plastik, dan ikat baik-baik di bagian atas dan bawah,
      5. lembaran plastik dilubangi dengan jarum agar terjadi peredaran udara.
      Pertumbuhan akar bergantung pada jenis tanaman. Biasanya dalam jangka waktu satu sampai satu setengah bulan akar sudah mulai kelihatan tumbuh. Untuk mempercepat pertumbuhan akar gunakan zat perangsang tumbuh. Dengan ZPT pertumbuhan akar dapat dipercepat 2 minggu.

      Bila perakaran sudah cukup banyak maka cangkok dapat dipotong di bagian bawah. Saat memotong ialah tunggu hingga dahan tidak mengeluarkan tunas baru. Cangkok kemudian disemaikan di dalam pot, dan usahakan jangan sampai akarnya rusak sewaktu dibuka pembungkus plastiknya. Siram semaian cangkok ini dan tempatkan di tempat yang teduh. Bila tidak ada kendala dalam waktu satu bulan kemudian, cangkok sudah dapat dijadikan bakal bonsai.
    3. C. Membuat okulasi
      Bagi yang telah biasa, melakukan okulasi tidaklah merupakan suatu masalah yang pelik. Tetapi, tidak demikian halnya bagi seorang pendatang baru yang ingin berkecimpung dalam seni bonsai dan harus memulai dengan melakukan okulasi sendiri.

      Bibit okulasi terdiri dari dua bagian ialah batang bawah (onderstam) dan batang atas (entrijs)

      Kedua bagian ini diperoleh dari tanaman yang genus, famili, atau varietasnya sama. Biasanya batang bawah merupakan semaian biji. Rata-rata umur batang bawah bisa diokulasi bila sudah berumur 1 tahun. Entres yang baik adalah ranting yang sudah kelihatan agak mulai menua, bentuknya agak bulat, warnanya hijau agak keabu-abuan, dan kulitnya tidak melekat pada kayu.

      Langkah-langkah dalam okulasi
      1. batang pokok dibersihkan dari ranting 15 cm di atas tanah.
      2. Buat irisan kulit 10 cm dari atas tanah selebar 8 mm dan menurun sepanjang 4 cm,
      3. Tarik irisan kulit ke bawah, sehingga berbentuk seperti lidah, kemudian potong setengahnya.
      4. Iris mata dan dahan entres dengan sedikit kayunya, sepanjang 4 cm. Kerat bagian atas 1 cm di atas irisan mata agar merata sehingga tepat melekat pada keratan pohon pokok.


      5. Angkat kayu perlahan-lahan tanpa merusak mata tunasnya.


      6. Kulit yang bermata tunas ini dimasukkan antara kayu dan lidah kulit batang pokok, lalu lekatkan kembali. Usahakan matanya tidak tertutup.


      7. Balut dengan tali rafia seerat mungkin.


      8. Perawatan selanjutnya
      9. Rata-rata 2 minggu setelah penempelan, kulit dengan mata tunasnya sudah melekat pada batang pokok. Tali rafia sudah dapat dibuka. Tanda okulasi berhasil ialah bila kulit dan mata tunas kelihatan masih hijau.


      10. Biarkan 3-5 hari. Apabila mata tunas masih tetap hijau, ini berarti mata tunasnya akan tumbuh.


      11. Kerat batang pokok dengan gunting pangkas sedalam setengahnya rata-rata 3-5 cm di atas penempelan.


      12. Lengkungkan pohon pokok


      13. Dengan sistem ini, yang diberi nama sistem lopping, tunas pada okulasi akan sangat cepat tumbuhnya.


      14. Bila tunas okulasi sudah tumbuh mencapai 15-20 cm tingginya, potong pohon pokok yang menyorong di atas tempat tempelan.

      Dari uraian singkat tersebut tergambar jelas betapa rumitnya membuat okulasi. Selain lamanya menyemaikan biji batang pokok dalam kantung plastik, juga berhasilan okulasi masih sangat rendah. Bibit okulasi biasanya digunakan untuk membentuk 'Daibonsai' yang berukuran 80 cm atau lebih. Jenisnya misalnya Psidium cujavillus (jambu cina) yang berbuah kecil. Bibit okulasi juga sesuai untuk membuat tanaman buah-buahan semi kerdil yang ditanam dalam drum atau di kebun, misalnya jeruk besar (Citrus maxima), jeruk keprok (Citrus nobilis), asam (Tamarindus indica), dan sawo Buren (Chrysophylum cainito).

  • Jenis-jenis Tanaman Untuk Bonsai
  • Tanaman yang sesuai untuk bonsai pada umumnya termasuk keluarga besar dikotil atau keluarga tanaman berkeping dua. Namun, dari keluarga monokotil ada juga yang cukup menarik dijadikan tanaman kerdil misalnya jenis-jenis bambu, bambu jepang (Bambusa glaucescens), bambu kuning (Bambusa vulgaris var. striata), dan bambu hitam (Gigantochloa atraviolarPn), serta kelapa gading (Cocos nucifera).

    Pada umumnya jenis tanaman yang dipilih dan dapat menyesuaikan diri dengan baik untuk seni bonsai ialah tanaman yang berdaun dan berbunga; berdaun, berbunga, dan berbuah; serta berumur panjang.

    Di luar negeri banyak dimanfaatkan jenis-jenis Conifer. Jenis-jenis Conifer ini juga sudah banyak ditanam di seluruh Indonesia, di dataran rendah, maupun dataran tinggi, misalnya Juniperus sp., Larix sp., Pinus sp. (P. mercusii), Thuya sp (C.glabra, C. sempervirens), Cedar dan Abies concolor.

    Jenis-jenis tanaman khas Asia yang telah sering dibonsaikan adalah:
    1. beringin (Ficus benyamina, Ficus varigata, dan sebagainya)
    2. getah perca (Ficus elastica)
    3. lo atau elo (Ficus glomerat)
    4. kawista (Feronia lucida dan F. elephantum)
    5. sawo kecik (Manilkara kauki)
    6. sawo duren (Chrysophylum cainito)
    7. sawo biasa (Agras sapota)
    8. cerme belanda (Eugenia uniflora)
    9. jambu biji var. kerikil (Psidium cujavillus Burm)
    10. jeruk kingkit (Triphasia aurantiola, T. trifolia)
    11. Carissa carandas
    12. juwet kerikil (Euginia cumini sp. )
    13. nam-nam atau puki anjing (Cynomertra caulidolia)
    14. Myrthe sp.
    15. bugenvil (Bougainvillea sp. )
    16. Azalea
    17. kaca piring (Gardenia augusta)
    18. kayu putih (Eucaliptus sp. )
    19. huru batu atau puspa (Schima noronhae)
    20. kayu manis hutan (Cinnamomum iners)
    21. cempaka kuning (Michelia champaka)
    22. asam (Tamarindus indica)

    BUDIDAYA IKAN LELE PENDEDERAN

    Budidaya ikan lele pendederan adalah pemeliharaan benih ikan lele yang berasal dari hasil pembenihan hingga mencapai ukuran tertentu. Budidaya ikan lele pendederan dilakukan dalam dua tahap, yakni pendederan tahap pertama dan pendederan tahap kedua.

    Pada budidaya ikan lele pendederan tahap pertama, benih ikan lele yang dipelihara adalah benih yang berasal dari hasil pembenihan berukuran 1-3 cm. Benih ini dipelihara selama 2-3 minggu hingga saat panen akan diperoleh ikan lele berukuran lebih kurang 3-5 cm per ekornya. Sementara itu, pada budidaya ikan lele pendederan tahap kedua, benih yang dipelihara berasal dari hasil pendederan tahap pertama. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari hingga diperoleh ikan lele berukuran 8-12 cm per ekornya. Budidaya ikan lele pendederan ini dapat dilakukan di jaring dan di kolam tanah atau kolam tembok.

    Budidaya Ikan Lele Pendederan Menggunakan Kolam Jaring

    Pendederan benih ikan lele di jaring apung hanya dilakukan untuk pendederan pertama. Hal ini disebabkan benih yang dipelihara masih berukuran kecil dan belum membutuhkan tempat yang lebih luas.

    Keuntungan yang diperoleh jika ikan lele didederkan di dalam jaring sebagai berikut:
    • Mortalitas atau tingkat kehilangan benih cukup kecil, hanya 15-20% dari total yang dipelihara. Hal ini disebabkan selama pendederan biasanya ikan lele terhindar dari serangan hama.
    • Teknik pemeliharaan cukup mudah dan praktis. Misalnya pemanenannya cukup dengan mengangkat beberapa bagian atau sudut jaring. Pada saat jaring diangkat, benih-benih ikan lele sudah terkumpul di salah satu sudut jaring, sehingga mudah ditangkap atau dipanen menggunakan sair.
    Jaring yang digunakan adalah jaring yang bermata lebih kecil daripada benih ikan lele yang akan dipelihara. Tujuannya agar benih ikan lele tidak kabur atau lobos keluar jaring. Jaring terbuat dari kain trilin berbahan lembut yang biasanya digunakan para petani sebagai tempat untuk penetasan telur ikan mas (hapa). Jaring tempat pendederan benih ikan lele dapat dibeli di toko yang menjual alat-alat perikanan. Jaring tersebut masih berupa kain dalam bentuk lembaran. Karenanya, perlu dijahit terlebih dahulu menggunakan benang nilon agar jaring kuat dan tahan lama. Ukuran jaring disesuaikan dengan jumlah benih ikan lele yang akan didederkan atau disesuaikan dengan luas kolam tempat jaring tersebut akan diletakkan. Bentuk jaring sebaiknya empat persegi panjang dengan ketinggian sekitar 50-60 cm. Di setiap sudut jaring diberi tali untuk mengikatkan jaring ke tiang di kolam, agar jaring terbentang dengan sempurna.

    Pemasangan Jaring Tempat Benih Ikan Lele

    Sebelum jaring dipasang, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan patok atau tiang untuk mengikat jaring. Untuk jaring yang berukuran 1,5 x 4 x 0,5 m cukup disediakan patok sebanyak 4 buah. Patok yang digunakan berupa bambu atau kayu yang ditancapkan ke dasar kolam dengan jarak antara satu patok dan patok lainnya disesuaikan dengan ukuran jaring. Patok harus ditancapkan tegak lurus dan kokoh agar mampu menahan beban jaring. Penempatan jaring sebaiknya di pinggir atau tepi kolam guna memudahkan pemeliharaan.

    Jaring harus dipastikan dalam keadaan bersih dan tidak ada yang berlubang atau bolong akibat bekas gigitan tikus atau binatang lain. Semua tali yang terdapat di sudut-sudut jaring diikat ke tiang atau patok yang telah disiapkan. Ketinggian air di dalam jaring diusahakan hanya 30-50 cm. Hal ini disebabkan ikan lele yang akan dipelihara ukurannya masih kecil dan belum memerlukan air yang dalam.

    Penebaran Benih Ikan Lele

    Penebaran benih dilakukan setelah jaring terpasang dengan sempurna. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Maksudnya agar benih ikan lele tidak stres. Benih yang akan dipelihara bisa berasal dari hasil pembenihan sendiri atau dari tempat lain. Jika benih berasal dari hasil kegiatan pembenihan sendiri, saat penebaran tidak perlu lagi dilakukan proses adaptasi, karena kualitas air di tempat tersebut tidak jauh berbeda. Namun, jika benih ikan lele yang akan ditebarkan berasal dari tempat lain, sebelum penebaran perlu dilakukan adaptasi agar benih tidak stres. Proses adaptasi bertujuan untuk menyesuaikan kondisi air, yakni antara air yang ada di dalam wadah pengangkutan dan air yang ada di dalam jaring.

    Cara penebaran untuk proses adaptasi benih ikan lele cukup mudah. Benih ikan lele yang masih berada di dalam wadah pengangkutan dibiarkan terapung-apung di atas air selama 5 menit. Selanjutnya ditambahkan air dari kolam jaring ke wadah pengangkutan sedikit demi sedikit. Dengan cara ini diharapkan kualitas air yang ada di dalam wadah pengangkutan tersebut akan sama dengan yang ada di kolam jaring. Kemudian benih ikan lele akan keluar dengan sendirinya dari dalam wadah pengangkutan ke dalam kolam jaring. Jumlah benih ikan lele yang ditebarkan untuk kolam jaring yang berukuran 1,5 x 4 x 0,5 m berdasarkan pengalaman para petani yang telah berhasil, bisa mencapai 10.000-15.000 ekor.

    Pemeliharaan Benih Ikan Lele>

    Kegiatan pemeliharaan merupakan kegiatan inti dari pendederan. Selama pemeliharaan, benih harus diberi pakan tambahan. Karena berada di dalam wadah yang terbatas (kolam jaring), benih ikan lele tidak mendapat pakan alami. Pakan tambahan yang cocok adalah pelet dalam bentuk tepung, sebanyak 3-5% dari berat total benih ikan lele yang dipelihara. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yakni pada pagi, sore, dan malam hari. Pakan harus disebarkan merata di seluruh permukaan air. Maksudnya agar semua benih mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan.

    Pengontrolan kolam jaring harus dilakukan setiap satu minggu sekali. Pengontrolan dimaksudkan untuk menjaga jaring tidak sampai berlubang atau sobek akibat digigit binatang air, seperti kepiting atau binatang lainnya. Jika jaring berlubang, benih yang dipelihara akan kabur atau keluar dari dalam kolam jaring. Dalam hal ini, harus dihindari serangan hama, seperti katak atau ular.

    Pemanenan Benih Ikan Lele

    Benih ikan lele dipelihara di tempat pendederan selama 2-3 minggu atau disesuaikan dengan kebutuhan. Pemanenan dilakukan dengan mengangkat salah satu bagian jaring. Dengan cara ini benih ikan lele dipastikan akan terkumpul di sisi lain. Selanjutnya benih ikan lele ditangkap menggunakan sair secara hati-hati dan ditampung dalam wadah tertentu atau di dalam jaring berukuran kecil. Benih ikan lele selanjutnya disortir atau dipilih sesuai dengan ukuran badannya. Benih yang berukuran besar dipisahkan dari yang berukuran kecil. Benih yang diambil adalah benih yang berukuran sama, baik panjang maupun besarnya. Benih-benih tersebut kemudian didederkan (pendederan kedua) di kolam atau tempat lain. Jumlah benih yang dipanen atau tingkat kelangsungan hidup rata-rata berkisar 80-90% dari total benih yang dipelihara. Dengan kata lain, mortalitas atau tingkat kematian dan kehilangan benih berkisar 10-20%.

    Budidaya Ikan Lele Pendederan Di Kolam

    Selain di kolam jaring, ikan lele bisa didederkan di kolam tanah, kolam tembok, atau kolam yang dindingnya tembok dan dasarnya tanah. Tidak ada ketentuan khusus mengenai luas kolam. Untuk memudahkan pengelolaan, sebaiknya kolam berbentuk empat persegi panjang. Kolam yang baik harus memiliki saluran pemasukan dan pengeluaran air. Di bagian tengah dasar kolam dilengkapi kamalir atau saluran tengah yang berfungsi untuk memudahkan penangkapan benih saat dipanen.

    Persiapan Budidaya Ikan Lele Pendederan Di Kolam

    Sebelum benih ditebarkan, dilakukan persiapan terlebih dahulu sebagai berikut.
    • Kolam dikeringkan beberapa hari untuk memudahkan pengolahan dan membunuh bibit-bibit penyakit yang ada di dalam kolam.
    • Pemupukan dan pengapuran kolam. Agar pakan alami berupa plankton tumbuh, kolam dipupuk menggunakan kotoran ayam sebanyak 200-300 gram/m², TSP dan urea masing-masing sebanyak 10 gram/m² dan kapur pertanian sebanyak 25-30 gram/m² atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan lahan. Tujuan pemupukan dan pengapuran selain untuk menaikkan tingkat keasaman tanah (pH), juga dapat membunuh bibit-bibit penyakit. Cara pemupukan dan pengapurannya adalah dengan menebarkan pupuk dan kapur secara merata ke seluruh permukaan dasar kolam.
    • Memasang saringan di pintu pemasukan dan pengeluaran air. Tujuannya untuk menjaga agar tidak ada hama yang masuk ke dalam kolam dan agar benih ikan lele tidak kabur atau keluar dan kolam.
    • Mengisi air. Kolam diisi air setinggi 40-50 cm dan dbiarkan selama 7 hari agar pakan alami tumbuh dengan sempurna.

    Penebaran Benih Pada Budidaya Ikan Lele Pendederan Di Kolam

    Penebaran benih dilakukan setelah 7 hari dari pemupukan atau saat pakan alami telah tersedia. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari dengan kepadatan 500-700 ekor/m² berukuran 1-3 cm per ekornya. Penebaran harus dilakukan dengan hati-hati agar benih ikan lele tidak mengalami stres. Jika benih yang akan ditebarkan berasal dari tempat yang jauh, sebelum ditebarkan harus diadaptasikan terlebih dahulu sebagaimana yang dilakukan pada penebaran benih yang didederkan di kolam jaring.

    Pemeliharaan Benih Pada Budidaya Ikan Lele Pendederan Di Kolam

    Kualitas air kolam pendederan perlu dijaga, cara paling efektif adalah penggunaan air mengalir sistem paralon secara kontinyu dengan debit air tidak terlalu besar. Pada budidaya ikan lele pendederan, kualitas air tidak terlalu cepat menurun. Hal ini dikarenakan ukuran ikan masih sangat kecil, sehingga kotoran yang ditimbulkan belum begitu banyak.

    Selama pemeliharaan lele diberi pakan tambahan untuk mempercepat proses pertumbuhan. Pakan tambahan berupa tepung pelet sebanyak 35% dari jumlah total benih yang dipelihara. Pakan diberikan tiga kali sehari, yaitu pada pagi, sore, dan malam hari. Agar pakan lebih efisien dan efektif, sebaiknya pemberiannya dilakukan dengan cara membiasakan di satu atau dua tempat raja, misalnya di bagian pojok kolam.

    Untuk memperkecil mortalitas atau kehilangan benih, selama pemeliharaan harus dilakukan pengontrolan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang umum menyerang ikan lele berupa belut, ular, atau ikan gabus. Tindakan pencegahan penyakit cukup dengan menjaga kualitas dan kuantitas air kolam, yakni dengan menghindari pemberian pakan yang berlebihan. Karena pakan yang berlebih akan menumpuk di dasar kolam dan bisa membusuk yang akhirnya menjadi salah satu sumber penyakit.

    Pemanenan Benih Ikan Lele

    Setelah dipelihara selama 2-3 minggu, benih ikan lele siap dipanen. Pemanenan benih ikan lele sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu rendah. Pemanenan dimulai dengan mempersiapkan alat-alat panen serta tempat penampungan benih hasil panen. Setelah semua peralatan siap, kolam dikeringkan secara perlahanlahan sampai air yang tersisa hanya tinggal di kamalir. Dalam keadaan ini, benih-benih ikan lele akan terkumpul di dalam kamalir. Selanjutnya dengan alat tangkap (sair), benih ditangkap dan ditampung di dalam wadah yang telah disediakan. Benih disortir atau dipisahkan sesuai dengan ukurannya. Rata-rata benih telah mencapai ukuran 5-8 cm per ekornya. Selanjutnya benih dapat dipelihara di tempat lain (pembesaran) atau langsung dijual kepada konsumen. Mortalitas selama pemeliharaan lebih kurang 25-30% dari jumlah benih yang ditebarkan.

    Budidaya Ikan Lele Pendederan Tahap Kedua

    Pada pendederan tahap kedua tidak beda jauh dengan pendederan tahap pertama, hanya kepadatan penebaran harus dikurangi menjadi 250-300 ekor/m2. Pemeliharaan bibit ikan lele pada tahap ini sampai dengan bibit mencapai ukuran 8-12 cm. Waktu pemeliharaan kurang lebih 30 hari setelah penebaran.

    PEMBUATAN BIBIT JAMUR KUPING

    Bibit jamur kuping diproduksi melalui tahap-tahap pembiakan. Tahap pertama adalah pembiakan spora (basidiospora) yang dihasilkan oleh basidium. Tahap ini dilakukan melalui kultur jaringan dan hasil pembiakan pada tahap ini berupa benang-benang jamur (miselium) yang disebut turunan pertama (F1).

    Tahap kedua adalah pembiakan miselium F1. Pembiakan tahap ini merupakan perbanyakan miselium hasil pembiakan tahap pertama. Hasil pembiakan tahap kedua ini disebut F2. Pembiakan tahap ketiga merupakan perbanyakan miselium hasil pembiakan tahap kedua. Hasil pembiakan tahap ini disebut F3. Sedangkan pembiakan tahap keempat merupakan perbanyakan miselium tahap ketiga sehingga diperoleh bibit jamur siap tanam (F4).

    A. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Pertama (F1)

    Langkah awal, sebelum melakukan pembiakan spora jamur kuping, adalah mempersiapkan peralatan dan media tumbuh. Peralatan yang digunakan meliputi tabung reaksi dan rak penyimpanan, kapas, kertas loyang atau kantong plastik, tali karet, autoclave (alat sterilisasi otomatis), meja pembiakan, dan peralatan pelengkap lainnya.

    Media tumbuh yang biasa digunakan dalam pembiakan tahap pertama dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu bahan alami dan bahan semi sintetis. Bahan alami yang dapat digunakan adalah tepung jagung, tepung kentang, bawang, dll. Bahan-bahan ini biasanya digunakan dalam bentuk ekstrak (cairan jernih), sari, atau rebusan (decoction).

    Bahan-bahan semi sintetis untuk media tumbuh dalam pembiakan jamur adalah campuran kentang-glukose-agar atau campuran agar, glukose, ekstrak ragi atau agar, dan pepton-glukose.

    Media tumbuh yang cukup efektif untuk pembiakan miselium F jamur kuping adalah bahan semi sintetis berupa campuran agar, glukose, dan kentang (tepung kentang). Tepung agar digunakan sebanyak 1,5% — 2%. Sedangkan bahan lain ditentukan berdasarkan coba-coba (trial error).

    Macam komposisi media tumbuh untuk pembiakan kultur jaringan (F1) jamur kuping yang telah populer adalah sebagai berikut.
    1. Sari buncis dan tauge dicampur dengan media agar: Campuran (adonan) media ini disterilisasi selama 1 jam. Media ini siap digunakan sebagai biakan murni (kultur jaringan) setelah diolesi atau ditanami sayatan (jaringan) tubuh buah jamur kuping dewasa.
    2. Parutan bawang bombay dan ubi kentang: Parutan bahan-bahan ini dicampur tepung aren (enau) dan dimasukkan dalam larutan agar dengan komposisi: kentang 100 gram; bawang bombay 50 gram; tepung area 150 gram, dan agar 150 gram.
    3. Potato Dextrose Yeast Extract Agar (PDY): Komposisi media tumbuh jamur kuping ini telah berhasil digunakan dalam pembiakan miselium F1 di Balai Benih Induk Ngipiksari, Yogyakarta. Komposisi media ini terdiri atas kentang, dextrose (glukose), dan tepung agar.
    Penyiapan media tumbuh PDY dimulai dari pencucian dan perebusan kentang. Sebanyak 200 gram kentang segar dibersihkan (tidak dikupas kulitnya) dan dicuci dengan air bersih lalu diiris-iris (dicacah) kemudian dicuci lagi berulang-ulang sampai air bekas cuciannya tampak jernih. Setelah bersih, iris-irisan kentang dibilas lagi dengan air suling (aquadest). Caranya, irisan kentang direndam dalam panci selama 10 menit, kemudian direbus dalam 700 — 1.000 ml air (aquadest) selama 1 jam sehingga airnya menyusut tinggal 500 — 600 ml. Kemudian, air rebusan (ekstrak) ini disaring dengan kain flanel atau kain lain yang mata saringannya kecil dan air saringan ditampung dalam botol.

    Tambahkan beberapa mililiter air pada ekstrak (air rebusan kentang) yang telah disaring tersebut sehingga volumenya mencapai 1.000 ml. Tambahkan pula 9 — 15 gram tepung agar dan 10 — 20 gram glukose (dextrose) lalu diaduk-aduk dan direbus dalam autoclave selama 15 menit pada tekanan 15 lbs.

    Selesai perebusan langsung dilakukan pendinginan. Media tumbuh yang telah dingin dapat segera dimasukkan dalam tabung reaksi pembiakan. Setiap 1 (satu) liter media tumbuh buatan tersebut dapat digunakan sebagai media tumbuh biakan murni (kultur jaringan) jamur kuping sebanyak 150 — 200 tabung biakan. Sebaiknya, media tumbuh buatan ini segera digunakan sehingga tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan pencemar (pollutan), bakteri, atau organisme mikro (renik) lain yang bersifat merusak dan membusukkan media tumbuh buatan tersebut.

    Jika jumlah media tumbuh buatan yang disiapkan melebihi kapasitas tabung reaksi pembiakan, maka sisa media tumbuh tersebut harus disimpan dalam suhu dingin dan ruangan steril. Sisa media buatan tersebut dapat digunakan untuk pembiakan periode berikutnya.

    Langkah berikutnya adalah memasukkan media tumbuh dalam tabung reaksi sebanyak 1 sendok makan, kemudian disumbat dengan kapas. Sumbatan kapas di luar tabung reaksi dibalut dengan kertas loyang dan diikat dengan tali keret. Ulangi pekerjaan serupa untuk pembiakan lainnya.

    Selanjutnya, tabung-tabung reaksi dan isinya dimasukkan dalam autoclave atau alat sterilisasi otomatis untuk dilakukan sterilisasi pada suhu 125°C selama 1 jam. Untuk menghemat sekaligus mengefektifkan alat sterilisasi, maka posisi tabung reaksi di dalamnya diatur berjajar miring ke salah satu sisi atau miring bersilangan.

    Selesai pelaksanaan sterilisasi, tabung reaksi dibiarkan selama beberapa jam hingga suhunya dingin. Kemudian, tabung reaksi berisi media tumbuh steril dimasukkan ke dalam ruangan steril pula. Lepaskan kertas loyang penutup kapas dan simpan tabung reaksi tersebut dalam rak khusus (rak penyimpanan) dalam posisi miring. Tujuannnya adalah supaya media tumbuh jamur tersebar pada dinding tabung reaksi bagian dalam sekaligus supaya terjadi penyebaran pertumbuhan miselium jamur kuping dalam tabung reaksi sehingga memudahkan pelaksanaan pengambilan untuk pembiakan tahap berikutnya. Tabung reaksi tersebut dibiarkan selama 24 jam supaya media tumbuh steril menjadi dingin pada suhu kamar.

    Langkah selanjutnya adalah menyiapkan pelaksanaan kultur jaringan, yaitu inokulasi (penanaman bibit) berupa sayatan (jaringan) tubuh buah jamur kuping dewasa yang berisi basidiospora. Sayatan ini diambil dari jamur kuping dewasa (umur 3 — 4 minggu sejak pembentukan calon jamur atau pin head) yang memiliki tubuh buah besar, tebal, dan sehat.

    Tubuh buah jamur yang akan diambil jaringannya terlebih dulu dibersihkan dan dicuci atau dicelupkan dalam alkohol 70% selama 1 — 5 menit. Bahan-bahan kimia yang lazim digunakan untuk pencucian bibit jamur antara lain alkohol 70%, formalin 5%, mercurochloride 0,001%, silver nitrate 0,1%, mercuric cyanide 0,1%, sodium hipochloride atau calcium hipochloride 0,35%, carbonic acid 1%, potasium permanganat 2%, dan hydrogen peroxida 3%.

    Tubuh buah jamur kuping bersih dan steril diletakkan pada papan atau wadah lain yang steril, kemudian diletakkan di atas meja pembiakan. Meja pembiakan diaktifkan, lampu dinyalakan, dan mesin hisap (filter) udara dihidupkan dengan menekan tombol (knop) pengontak.

    Setengah jam sejak meja pembiakan diaktifkan, kemudian semua tabung reaksi berisi media tumbuh steril yang telah dingin beserta rak penyimpanannya diambil dan ditaruh di atas meja pembiakan. Kemudian. kapas penyumbatnya dibuka.

    Bagian tubuh buah jamur kuping yang paling tebal terletak pada bagian "ketiak"nya. Pada bagian ini terdapat sumber-sumber percabangan hifa atau miselium atau kantong basidiospora. Bagian ini disayat selebar 0,1 cm, tebal 0,1 cm, dan panjangnya sekitar 1 cm. Untuk memudahkan penyayatan, kita dapat menggunakan spatula (pisau lancip bertangkai) atau pisau bedah yang tajam dan steril.

    Selanjutnya, sayatan (jaringan) tubuh buah dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan permukaan tabung disumbat kembali dengan kapas. Penanaman sayatan tubuh buah tersebut harus dilakukan di atas meja pembiakan. Kemudian, tabung reaksi tertutup yang telah diisi sayatan tubuh buah diletakkan dalam rak penyimpanan di dalam ruang steril (ruang pembiakan) dan pekerjaan serupa diulangi untuk pembuatan bibit F1 pada tabung reaksi lain yang telah disiapkan. Setiap tubuh buah jamur dapat diambil sebanyak 10 — 15 sayatan yang mengandung spora (basidiospora).

    Spora jamur kuping disimpan dalam ruangan steril yang agak gelap selama 20 hari hingga tumbuh benang-benang miselium berwarna putih yang memenuhi media tumbuh. Selanjutnya, biakan miselum ini digunakan sebagai bibit pada pembiakan tahap kedua. Tabung reaksi pembiakan yang gagal dan tidak tumbuh miselium segera dibuang supaya tidak mencemari (mengkontaminasi) tabung pembiakan yang tumbuh baik. Miselium yang rusak dapat diidentifikasi dari media yang berbau busuk dan berwarna coklat kehitam-hitaman. Tabung reaksi tersebut dibersihkan untuk digunakan pada pembibitan (inokulasi) periode berikutnya.

    B. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Kedua (F2)

    Langkah-langkah pembiakan tahap kedua (F2) tidak berbeda dengan tahap sebelumnya. Langkah pertama adalah persiapan peralatan dan media tumbuh. Peralatan (wadah) pembiakan tahap ini berupa botol kaca bening (transparan) 220 ml, kapas, kantong plastik, tali karet, dan autoclave. Semua peralatan harus kering, bersih, dan steril.

    Media tumbuh berupa campuran serbuk kayu, dedak halus (bekatul) dan kapur (CaCO3) dengan komposisi masing-masing 81%; 18%, dan 1%. Macam media tumbuh lain adalah serbuk gergaji, dedak halus, gypsum (CaSo4), kapur (CaCO3), air, dan TSP. Komposisi masing-masing bahan adalah: serbuk gergaji 100 kg, dedak halus 10 kg, gypsum 1,5 kg, kapur 0,5 kg, air secukupnya, dan TSP 0,5 kg.

    Media tumbuh dalam pembiakan F2 (termasuk F3, F4 dan media tumbuh dalam pemeliharaan) harus memenuhi persyaratan ideal pertumbuhan miselum jamur kuping. Media tumbuh harus mengandung unsur C (carbon) dalam bentuk karbohidrat dalam jumlah (kandungan) yang cukup tinggi. Media harus mengandung unsur N dalam bentuk Amonium. Unsur ini akan diubah oleh jamur menjadi protein. Syarat lain media tumbuh jamur adalah mengandung unsur Ca yang berfungsi untuk menetralkan asam oxalat yang dikeluarkan oleh miselium, pH antara 3 — 7, kelembaban 68%, CO2 kurang dari 1%, dan suhu sekitar 23° C — 25° C.

    Langkah kedua dalam pembiakan ini adalah penyiapan media tumbuh. Serbuk kayu disiram dengan air bersih agar bebas dari kotoran dan cemaran getah atau minyak, kemudian ditimbun di atas lantai terbuka selama 1 — 1,5 bulan. Pada umumnya, jamur kuping tumbuh pada kayu atau serbuk kayu dari tanaman bercabang (dikotil), bertajuk rimbun, berkayu lunak, berumur lebih dari 10 tahun, dan bukan jenis kayu yang mengandung minyak seperti pinus. Tetapi, jamur kuping tumbuh optimal pada beberapa jenis kayu tertentu. Oleh karena itu, serbuk kayu yang digunakan sebagai media tumbuh pada pembiakan ataupun pemeliharaan jamur kuping sebaiknya dipilih dari penggergajian kayu tertentu. Jenis-jenis kayu yang baik sebagai media tumbuh jamur kuping adalah kayu kecapi, durian, rambutan, apokat, dadap, dan pasalama.

    Timbunan serbuk kayu bersih dan basah (kandungan air sekitar 62%) diaduk dan dicampur dengan dedak halus dan kapur sesuai dengan komposisi masing-masing. Dedak halus dipilih yang masih segar dan baik serta bersih (tidak tercampur sekam atau kotoran lain). Dedak yang telah disimpan dalam waktu cukup lama akan menggumpal dan mengalami fermentasi (pembusukan). Dedak ini kurang baik untuk campuran media tumbuh pembiakan jamur kuping. Usahakan supaya campuran media tumbuh tersebut teraduk merata.

    Langkah selanjutnya adalah memasukkan media tumbuh dalam botol kaca bening sampai penuh dan pantat (dasar) botol dibenturkan pelan-pelan pada lantai atau alas papan dan permukaan media tumbuh pada lubang botol ditekan dengan ujung jari berulang-ulang agar media tumbuh dalam botol lebih padat (memadat) dan tingginya mencapai leher botol. Tambahkan lagi media tumbuh sampai penuh lalu dipadatkan lagi sehingga botol terisi penuh dan padat.

    Pada permukaan media tumbuh dalam botol dibuat lubang sedalam 3 cm dan diameter 1 cm. Caranya, permukaan media tumbuh pada mulut botol ditekan dengan ujung kayu runcing dan gilig (silindrik). Kemudian, alat tersebut diangkat (dicabut) kembali sambil diputar pelan-pelan sehingga permukaan media berlubang dan memadat sampai batas leher botol.

    Mulut botol disumbat dengan kapas dan ditutup dengan kantong plastik, kemudian diikat dengan tali karet. Pekerjaan serupa diulangi pada botol-botol yang lain.

    Botol-botol yang telah berisi media tumbuh disterilsasi dalam autoclave selama kurang lebih 1 jam pada suhu 100° C — 125° C (suhu sterilsasi konstan minimal 30 menit). Posisi botol dalam autoclave sama dengan posisi sterilisasi tabung reaksi F1. Tujuan penysusunan botol-botol ini adalah agar penggunaan autoclave serta pelaksanaan sterilisasi lebih efektif dan efisien.

    Setelah sterilisasi selesai, kemudian botol yang berisi media tumbuh tersebut didinginkan. Dalam keadaan hangat, botol-botol tersebut dibongkar dan dimasukkan ke dalam ruangan pembiakan yang steril. Botol-botol berisi media tumbuh dibiarkon selama 12 — 24 jam agar media tumbuh jamur yang telah steril tersebut menjadi dingin. Setelah dingin, botol-botol tersebut diletakkan pada meja pembiakan.

    Ambil tabung reaksi hasil pembiakan F1 dan letakkan di atas meja pembiakan. Dalam keadaan tertutup kapas penyumbat, tabung reaksi segera disterilisasi dengan cara disemprot alkohol dan kapas penyumbatnya dibakar selama 10 — 15 detik. Selanjutnya, dilepas (dicabut) dengan pinset panjang tetap dalam keadaan terbakar, lalu mulut tabung reaksi dibakar di atas lampu spirtus selama 5 detik.

    Miselium biakan F1 dimasukkan kedalam botol pembiakan F2. Caranya, buka sumbatan kapas botol pembiakan F2 dan pungut (ambil) miselium biakan F1 dengan piset, lalu tanamkan miselium tersebut pada lubang media tumbuh dalam botol pembiakan F2. Setiap biakan F1 dapat digunakan sebagai bibit pembiakan F2 sebanyak 15 — 20 botol. Botol pembiakan ditutup lagi dengan kapas penyumbat (penutupnya) dan ditempatkan di atas rak dalam ruangan steril, baik di sekitar meja pembiakan ataupun di ruangan lain

    Botol-botol yang telah diisi dengan miselium jamur kuping disimpan dan ditumbuhkan selama 1 bulan agar miselium jamur kuping tersebut berkembang memenuhi seluruh celah-celah (pori-pori) media tumbuh dalam botol. Miselium yang tumbuh dengan baik akan berwarna putih, sedangkan miselium yang rusak akan berwarna coklat busuk.

    Botol-botol pembiakan yang rusak disingkirkan dan seluruh isi media tumbuh di dalamnya dibuang. Kemudian, dinding botol bagian dalam disikat dengan spon atau sikat bertangkai dan dicuci dengan air bersih lalu disimpan dalam keadaan kering.

    C. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Ketiga (F3)

    Prinsip dan langkah pembiakan tahap ketiga (F3) sama dengan pembiakan tahap kedua. Bibit pembiakan F3 ditanam dari basil pembiakan F2. Miselium yang berkembang dalam media tumbuh F2 dihancurkan dengan kayu atau pinset atau pengaduk besi bertangkai panjang yang telah disterilisasi. Kemudian, miselium ditumpahkan langsung di atas mulut botol pembiakan F3 atau ditampung di atas piring atau cawan porselin. Setiap botol biakan F2 dapat digunakan sebagai bibit pembiakan F3 sebanyak 150 — 200 botol dan disimpan atau dikembangkan (ditumbuhkan) selama 1 bulan.

    D. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Keempat (F4)

    Prinsip pembiakan tahap keempat tidak berbeda dengan pembiakan F3 ataupun F2. Pelaksanaan pembiakan F4 dilakukan dalam ruangan steril yang lebih luas. Media tumbuh yang digunakan adalah serbuk kayu, dedak halus, dan kapur. Sedangkan penanaman bibit (inokulasi) pembiakan ini dilakukan dalam kantong plastik (polybag).

    Siapkan media tumbuh dan kantong plastik bening tahan panas agak tebal (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Masukkan media tumbuh dalam kantong plastik sampai penuh, kemudian padatkan dengan cara menekan permukaan plastik sampai ketinggian isi kantong (media tumbuh) tinggal 18 cm — 20 cm. Pemadatan dilakukan secara manual atau menggunakan mesin. Pemadatan cara manual dilakukan dengan menarik permukaan atas kantong plastik dan menekan permukaan media tumbuh dengan lempeng bulat yang diameternya sama dengan diameter kantong plastik. Selanjutnya, permukaan atas bagian tengah media tumbuh dibuat lubang dengan diameter 1 inchi (sekitar 2,5 cm) sedalam 7,5 cm — 10 cm.

    Bagian atas kantong plastik (polybag) yang sudah diisi media tumbuh dipasang cincin dari potongan pipa pralon (diameter dan tinggi cincin sekitar 3 cm) atau potongan bambu lalu disumbat dengan kapas dan ditutup plastik atau kotak kayu steril. Selanjutnya, poly-bag disusun dalam keranjang plastik (bambu) dan dimasukkan (disterilisasi) pada suhu 90° C —95° C dalam ruang penguapan atau ruang sterilisasi (steamer) selama 5 — 10 jam. Pelaksanaan sterilisasi polybag ini paling lambat 24 jam sejak disiapkan dan sterilisasi dapat dilakukan dengan cara merebus dalam air mendidih selama 4 jam pada suhu 95°C — 100° C.

    Setelah sterilisasi polybag selesai, segera dilakukan pendinginan. Matikan steamer dan biarkan suhu ruangan penguapan menurun hingga 60° C. Sambil menunggu pendinginan tersebut, lakukan sterilisasi ruangan pembiakan. Ruangan disemprot dengan baysol dicampur alkohol atau aquades (air suling) dengan perbandingan (komposisi) 1 : 6. Lantai ruangan dibersihkan dengan semprotan baysol dalam air, lalu dipel (dilap) dengan kain bersih.

    Peralatan, termasuk pakaian tenaga kerja, harus steril. Semua peralatan dan tenaga kerja disemprot atau dibasuh dengan alkohol. Dalam setiap pelaksanaan pembiakan, sebaiknya menggunakan masker atau penutup mulut dan hidung (dari kain steril).

    Setelah suhu ruangan penguapan dingin (sekitar 60° C), polybag dalam keranjang segera dikeluarkan dari ruang penguapan dan didinginkan dalam ruangan pembiakan selama 1 hari (24 jam). Suhu ruangan pembiakan ini dapat diatur dengan air conditioner (AC) atau kipas angin. Ruangan pembiakan harus dilengkapi lubang ventilasi agar sirkulasi udara lebih lancar.

    Bibit F3 dalam botol pembiakan diambil dari ruang penyimpanan (penumbuhan). Ujung botol dan kapas penyumbat disemprot dengan alkohol lalu dibakar selama 1 — 2 menit. Dalam keadaan panas, kapas penyumbat segera dibuka dan mulut botol dipanggang di atas api selama 10 — 15 detik. Kemudian, miselium dan media tumbuhnya dihancurkan dengan pinset panjang atau alat lain.

    Campuran miselium dan media tumbuh dalam botol pembiakan segera ditumpahkan di atas cawan dan segera ditanam (diinokulasi) dalam polybag media tumbuh yang telah disiapkan. Setiap botol miselium F3 dapat ditanam menjadi 35 — 40 buah polybag. Untuk menghindari kontaminasi, pelaksanaan penanaman harus dilakukan dengan hati-hati dan cepat. Untuk itu, pelaksanaan penanaman sebaiknya dilakukan oleh 2 orang atau lebih. Caranya, seluruh plastik penutup polybag dan kapas penyumbat dilepas (dicabut). Kemudian, salah seorang menanamkan bibit miselium F3 dan seorang lainnya menutup kembali polybag dengan kapas penyumbat (penutup).

    Untuk efisiensi tenaga kerja dan penggunaan plastik penutup, maka sumbatan kapas polybag tidak perlu ditutup lagi dengan kantong (tutup) plastik. Untuk itu, plastik penutup ini ditampung dalam wadah untuk digunakan dalam pembuatan (penyiapan) polybag pada inokulasi periode berikutnya.

    Penanaman miselium jamur kuping dapat juga dilakukan dengan cara menumpahkan hancuran miselium dari botol F3 di atas lubang polybag dengan membuka dan menutupnya kembali kapas penyumbatnya. Cara ini sebaiknya dilakukan oleh tenaga kerja yang telah profesional (terampil).

    Polybag-polybag yang telah ditanami bibit jamur kuping (polybag inokulen) segera disimpan (diinkubasi) dalam kubung (rumah jamur). Hasil pembiakan F4 ini dapat dijual kepada petani dan masyarakat lain atau ditanam sendiri dalam kubung budidaya jamur kuping. Pelaksanaan pembibitan jamur kuping ini tidak harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh, tetapi dapat dilakukan dalam unit-unit pembibitan. Petani dan masyarakat dapat melakukan pembibitan F2 atau F3 atau F4 tanpa harus melakukan pembibitan F1. Syaratnya, bibit F1 harus dibeli dari petani atau perusahaan lain yang memiliki usaha pembibitan F 1.

    BUDIDAYA KELINCI HIAS DAN KELINCI POTONG

    Seperti halnya tikus, kelinci sangat cepat dalam berkembangbiak. Jika potensi perkembangbiakan kelinci ini dikelola dengan menerapkan teknik ternak kelinci/budidaya kelinci yang baik, maka hal ini akan menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Kelinci dapat melahirkan empat kali setahun, karena masa buntingnya hanya 30-35 hari. Sekali melahirkan bisa 6-12 ekor anak. Umur kelinci cukup panjang. Induk betina mampu berproduksi sampai umur enam tahun, tetapi puncak produksinya sekitar umur tiga tahun. Kalau manajemen pemeliharaannya dikelola dengan baik, sampai umur lima tahun kelinci masih bisa berproduksi cukup baik.

    A. Persyaratan Lokasi Budidaya Kelinci

    Di Indonesia kelinci dapat diternakkan atau dikembangbiakkan dengan baik di daerah berketinggian di atas 500 m dpl, dan suhu udara sejuk, berkisar 15-18°C (60-85°F).

    Di daerah tersebut, umumnya banyak tersedia pakan hijauan yang digemari kelinci, berupa limbah sayuran dan tanaman pangan. Juga berbagai macam rumput dan hijauan pakan ternak lainnya yang disukai kelinci.

    Daerah produsen sayuran seperti Lembang, Garut, dan Cipanas di Jawa Barat, sangat ideal untuk mengusahakan ternak kelinci.

    B. Seleksi Kelinci Ternak

    Produktivitas kelinci sangat tergantung pada pengelolaan. Salah satu unsur yang sangat mendukung pengelolaan adalah seleksi. Seleksi dilakukan secara ketat dan terus-menerus berdasarkan sifat ras, penampilan fisik, usia, tingkah laku, daya produksi, dan nilai ekonomis. Seleksi bibit berdasarkan ras sangat penting, terutama untuk menentukan tujuan peternakan yang terarah.

    Seleksi dikerjakan dengan menyisihkan anak kelinci cacat dan lambat pertumbuhannya, dan menyingkirkan kelinci menjelang dewasa yang sifatnya kurang baik, terutama yang disiapkan sebagai calon induk.

    Induk yang kurang baik karena mandul, melahirkan anak terlalu sedikit, dan tidak bisa merawat anak, sebaiknya jangan digunakan lebih lanjut dalam usaha ternak kelinci.

    Seleksi juga digunakan untuk memilih calon induk jantan maupun betina unggul sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki. Antara lain bobot anak ketika dilahirkan, berat sapih setelah menyusui, dan pertumbuhan bobot badan kelinci per ekor per hari atau per minggu tinggi.

    C. Kartu Induk Pada Budidaya Kelinci

    Seleksi baru berhasil kalau peternak memiliki catatan asal-usul dan data-data tertulis dari setiap ekor kelinci ternak, yang berupa Kartu Induk Betina dan Kartu Induk Pejantan.

    Dari data-data kartu induk betina tersebut, dapat diketahui sang induk betina gampang ditunasi pejantan atau tidak, jumlah anak yang dilahirkan, bobot anak lahir dan disapih, serta kekurangan dan kelebihan individu selama pemeliharaan.

    Dari data-data kartu induk pejantan tersebut, dapat diketahui mutu kelinci pejantan setelah mengawini betinanya. Pejantan yang sering kawin tetapi tidak bisa membuntingi pasangannya, wajib diganti.

    D. Mengamati Dewasa Kelamin Pada Budidaya Kelinci

    Tiap ras kelinci memiliki dewasa kelamin berbeda-beda. Antara jantan dan betina pun memiliki dewasa kelamin yang berbeda. Kelinci betina lebih cepat dewasa kelamin dibandingkan dengan kelinci jantan.

    Kelinci tipe kecil (berbobot 0,9-2 kg), seperti ras Polish, Dutch, Nederland Dwarf, dewasa kelaminnya berkisar pada umur 3-4 bulan. Kelinci ini dipelihara terutama untuk dinikmati keindahannya sebagai hewan peliharaan atau ternak bias.

    Kelinci tipe sedang (berbobot 2-4 kg), seperti ras New Zealand White, Californian, Carolina, Champagne d' Argent, English Spot, dan Simonoire, dewasa kelaminnya berkisar pada umur 5-6 bulan. Kelinci ini dipelihara terutama untuk diambil dagingnya serta daging dan fur-nya.

    Kelinci tipe berat (berbobot 5-8 kg), seperti Giant Chinchilla, Flemish Giant, dan Checkered Giant, dewasa kelaminnya berkisar pada umur 7-8 bulan. Untuk kelinci yang lebih berat (berbobot 10-12 kg), dewasa kelaminnya setelah umur setahun. Kelinci tipe berat umumnya dipelihara untuk diambil dagingnya serta daging dan fur-nya.

    Berdasarkan ras dan kegunaannya, kelinci dapat diternak untuk lima tujuan, yaitu penghasil wool, fur (kulit bulu), daging, fancy (ternak kesayangan), dan daging dan fur.

    Selain tipe, kecepatan atau lambatnya dewasa kelamin kelinci juga dipengaruhi oleh faktor kelinci itu sendiri, lokasi peternakan, pakan yang diberikan, dan sistem perkandangan. Kelinci jantan dan betina yang hidup bercampur jadi satu dalam kandang koloni akan lebih cepat dewasa kelamin dibandingkan yang hidup terpisah di kandang individual.

    E. Mengenal Jenis Kelamin Kelinci Ternak

    Kelinci jantan dapat dibedakan dari kelinci betina dengan mengamati alat kelaminnya. Mengetahui secara jelas usia dan jenis kelamin setiap kelinci sangat berarti bagi program pembiakan, kontrol mutu keturunan, dan produktivitas peternakan.

    Jenis kelamin kelinci mulai bisa dikenali setelah berumur tujuh hari dengan cara memeriksa tonjolan alat kelaminnya. Anak kelinci jantan memiliki tonjolan panjang dan bulat dengan lekuk bulat di tengah. Anak kelinci betina tonjolannya agak pendek, di tengahnya terdapat vulva (celah) memanjang.

    Pada umumnya, peternak mulai membedakan jenis kelamin kelincinya setelah anak keluar dari kotak sarang. Seleksi dan pemisahan antara kelinci jantan dan betina mulai dilakukan setelah anak kelinci disapih, sekaligus memindahkan kelinci dalam kandang pembesaran. Sampai umur 1,5 bulan testis (buah pelir) kelinci belum terlihat, penisnya masih samar-samar. Ketika disapih umur 2 bulan, buah pelir jantan sudah terlihat. Setelah dewasa, kantong pelir jantan tampak nyata.

    F. Program Kawin Pada Usaha Ternak Kelinci

    Kelinci yang sudah dewasa perlu diatur program kawinnya. Periksa data-data induk kelinci berdasarkan tipe, usia, dan ukuran fisiknya. Jangan mengawinkan kelinci ketika usianya masih terlalu muda, karena bibit akan rusak dan bisa tidak produktif. Kelinci pejantan yang dikawinkan pada usia terlalu muda akan kerdil. Hasil perkawinan sering gagal, tidak menghasilkan kebuntingan. Kalau induk betina yang dikawini berhasil bunting, sering kali kondisi anak yang dilahirkan lemah atau cacat.

    Pejantan tua yang dipakai sebagai indukan, hasil perkawinannya sering kali kurang sukses menghasilkan kebuntingan. Banyak peternak kelinci menggunakan sistem betina muda dikawinkan dengan pejantan tua, dan pejantan muda dikawinkan dengan betina tua yang masih produktif.

    G. Tanda-tanda Dewasa Kelamin Kelinci Ternak

    Dewasa kelamin pada kelinci tidak mempunyai tanda-tanda yang teratur. Masa dewasa kelamin atau matang gonad betina muda kadang-kadang cukup lama, tetapi tak mudah terlihat. Betina yang masih muda dapat dicoba dikawinkan pada umur 5,5 bulan. Kalau belum mau kawin, dicoba lagi setiap 10 hari sampai umurnya mencapai 6,5 bulan. Pada masa ini kelinci betina sudah dapat dikawinpaksakan.

    Kelinci betina siap kawin, memiliki tanda-tanda yang nyata, sering kali tampak gelisah. Kalau di dalam kandang tak ada pejantan, ia akan berusaha bergabung dengan kelinci jantan yang terdapat pada kandang berdekatan. Ia suka menggosok-gosokkan dagunya pada sesuatu atau sesama betina. vulva-nya. basah, berwarna merah jambu atau merah. Ketika vulva berwarna merah jambu atau merah, artinya kelinci betina berada pada masa subur. Kalau warnanya masih putih atau pucat, perkawinan akan gagal, bahkan mereka bisa berkelahi. Sebaiknya perkawinan ditunda 2-3 hari lagi, atau sampai vulva-nya. berwarna merah jambu.

    Kelinci betina yang sudah menunjukkan tanda-tanda siap kawin, kalau tidak segera dikawinkan, sel telurnya masih tetap subur sampai sekitar dua minggu kemudian. Setelah itu, kesuburannya berangsurangsur berkurang. Periode matang kelamin tahap berikutnya terjadi saat sel telurnya kembali masak dan subur.

    Sel telur dapat dibuahi karena adanya rangsangan pejantan sewaktu mengawini. Sel telur masak akan turun 10 jam kemudian sesudah kawin, sehingga siap dibuahi. Pengulangan perkawinan sekitar 8 jam kemudian baik sekali hasilnya, karena pembuahan sel telur akan berlangsung sekitar 1-2 jam setelah ovulasi.

    H. Pejantan Ideal Pada Budidaya Kelinci

    Aktivitas kelinci berlangsung pada malam hari. Perkawinannya pun sebaiknya dilakukan pada malam hari, pagi atau sore hari. Pada saat ini suhu udara sejuk, kondisi terbaik untuk segala aktivitas kelinci. Induk yang akan dikawinkan, selain telah dewasa kelamin juga telah mencapai bobot ideal yang diperlukan. Minimal telah berbobot 2,5 kg untuk kelinci pedaging. Sehat dan dalam kondisi fit.

    Seekor pejantan ideal mampu melayani 10 ekor betina. Umumnya dalam kandang koloni, sejumlah kelinci betina dicampur dengan pejantan. Idealnya 5 ekor betina dicampur dengan satu pejantan di dalam satu ruang kandang koloni.

    Dalam satu kandang koloni, tidak dibenarkan sampai ada dua pejantan. Keduanya akan berkelahi sampai salah satu di antaranya luka-luka dan cacat seumur hidup. Dalam berkelahi, pejantan cenderung merusak testis lawannya sampai tidak berfungsi.

    Dalam pemeliharaan sistem kandang baterai, pejantan dan betina cenderung dipisah satu sama lain. Pejantan dikawinkan seminggu sekali, kadang-kadang dua kali dalam seminggu.

    I. Kawin Kandang Pada Ternak Kelinci

    Cara mengawinkannya dapat dilakukan dengan memasukkan kelinci betina ke dalam kandang pejantan. Kalau ditolak, ganti dengan pejantan di kandang lain sampai diperoleh pasangan yang disukai. Kalau calon pasangan tak disukai, tak jarang si betina menyerang pejantan dengan garang.

    Segera setelah kelinci betina dimasukkan kandang, pejantan akan menciumi mulut, hidung, dan kelamin betina sambil melompat-lompat dan berputar-putar. Kadang-kadang disertai suara mendengus. Betina yang suka dan siap dikawini akan segera mengangkat pantat, melipat ekornya ke atas, dan akan berdiam diri menanti. la tidak menolak tubuhnya dinaiki pejantan untuk dikawini. Bila pejantannya aktif, perkawinan segera berlangsung. Begitu pejantan jatuh terguling di samping betina, perkawinan selesai.

    J. Kawin Sodor Pada Ternak Kelinci

    Kalau jumlah pejantan terbatas, hanya satu ekor misalnya, perkawinan bisa dibantu dengan memegang kelinci betina. Cara ini mudah, dilakukan kalau kelinci betina maupun pejantan jinak, terbiasa dipegang-pegang peternak.

    Kelinci betina dipegang kedua telinganya dengan tangan kanan, telapak tangan kiri disodorkan di bawah perut betina. Di antara kedua kaki belakang kelinci betina, jari telunjuk dan ibu jari memegang dan membuka vulva.
    Gerakkan tangan kiri ke belakang pelan-pelan sehingga ekor kelinci betina tegak ke atas. Biarkan pejantan mendekat, mengembus-embus, menaiki, dan mengawini kelinci betina.

    K. Penyebab Betina Gagal Bunting Dalam Budidaya Kelinci

    Perkawinan tak selamanya menghasilkan kebuntingan. Kegagalan dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan, antara lain, umur kelinci sudah terlalu tua, suhu udara terlalu papas saat mengawinkan, perubahan cuaca yang tidak menguntungkan, induk terlalu gemuk, atau kondisi pejantan lemah.

    Kelinci berumur di atas tiga tahun, termasuk tua. Pada kondisi tersebut kemampuan reproduksinya sudah melewati masa produktif. Lebih-lebih kalau perawatan dan pakan sehari-harinya jelek.
    Kalau suhu udara tinggi, misalnya lebih dari 30° C, sering terjadi penurunan berat badan secara drastis, sekaligus kemampuan reproduksinya juga turun. Pada suhu tinggi, kelinci pejantan sering mengalami kenaikan pH semen, penurunan pergerakan sperma, berkurangnya konsentrasi sperma, dan jumlah sperma abnormal naik. Kelinci pejantan dewasa mengalami steril kalau suhu udara mencapai lebih dari 30° C selama 4-5 hari berturut-turut. Meskipun kelinci pejantan tetap aktif, ketidaksuburannya terus berlangsung sampai dua bulan. Pejantan muda umur 6-7 bulan tidak mudah menjadi steril pada suhu 30-32° C.

    Perubahan cuaca yang tak menguntungkan, yaitu perubahan udara dari panas ke dingin yang terlalu mendadak, juga bisa mengakibatkan kegagalan bunting setelah kawin.

    Induk betina terlalu gemuk. Penyebabnya, lapisan lemak membungkus sel telur sehingga sulit bertemu dengan sperma. Akhirnya gagal bunting. Induk betina sebaiknya dipuasakan beberapa hari untuk menghilangkan lapisan lemaknya.

    Pejantan yang terlalu sering dikawinkan, kondisinya lemah. Perkawinan sering gagal, karena kurang nafsu. Akibatnya, si betina sulit bunting.

    L. Menentukan Kebuntingan Pada Ternak Kelinci

    Setelah kawin, peternak perlu memeriksa ternaknya. Hasil perkawinan apakah menghasilkan kebuntingan atau gagal. Caranya dengan menguji kembali, meneliti perkembangan perut, dan memerhatikan nafsu makannya.

    Menguji kembali dilakukan seminggu setelah perkawinan. Cara ini dilakukan dengan memasukkan kembali kelinci betina ke dalam kandang pejantan yang pernah mengawininya. Kalau ternyata menolak, tidak mau dikawini, kemungkinan besar si betina telah bunting.

    Meneliti perkembangan perut dilakukan dua minggu setelah kawin. Bagian perut diraba dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari, pelan-pelan ke arah belakang. Kalau terdapat tunas sebesar kelereng, berarti kelinci telah bunting. Peternak yang telah berpengalaman bisa memeriksa kebuntingan lebih awal, yaitu 7-8 hari setelah kawin.

    Kelinci yang pertama kali bunting, perut tidak nampak membesar walau waktu melahirkannya sudah dekat. Kepastian buntingnya dapat diamati dengan memperhatikan nafsu makannya. Bila badan kelinci bertambah besar, nafsu makan semakin tinggi, dapat dipastikan kelinci tersebut bunting. Bila nafsu makan biasa, perkembangan badannya tidak tambah, berarti kelinci tersebut tidak bunting.

    M. Menangani Kelinci Betina Selama Bunting Pada Budidaya Kelinci

    Kelinci bunting membutuhkan perawatan yang lebih baik daripada biasanya. Perawatan dilakukan untuk menjaga kesehatan induk sekaligus anak yang dikandungnya. Tujuannya agar induk melahirkan anak yang sehat, dan induknya sendiri selamat.

    Perawatan yang diperlukan antara lain meningkatkan jumlah pakan yang diberikan, menjaga air minum jangan sampai kurang, menjaga ketenangan suasana kandang, menjaga sanitasi kandang dan lingkungan lebih baik.

    Pakan diperbanyak, mutu gizi ditingkatkan. Selain pakan hijauan dinaikkan volumenya, konsentrat juga diberikan sebagai pakan tambahan. Tambahan pakan ini untuk mencukupi kebutuhan protein, asam amino, vitamin, dan mineral untuk induk maupun anak yang dikandung. Pakan induk bunting membutuhkan kadar protein 1620%, lemak 3-5,5%, serat kasar 14-20%, dan mineral 4,5-6,5%.

    Per ekor induk bunting setiap harinya membutuhkan pakan 1-2 kg rumput atau hijauan, dan 135-335 gram konsentrat (sekitar 6,7% dari bobot hidup). Konsentrat yang dapat diberikan terdiri dari campuran dedak halus dan ampas tahu ditambah 5% mineral. Mineralnya dua bagian garam dapur, dua bagian tepung tulang, dan satu bagian tepung kapur mati.

    Selama mengandung, kelinci membutuhkan banyak air. Kecukupan air sangat membantu pertumbuhan janin, sekaligus menjaga kondisi kesehatan induk. Kalau induk kekurangan air minum selama bunting, anak yang baru lahir dapat dimakan induknya sendiri.

    Selama bunting suasana kandang hams tenang. Udara bersih dan nyaman. Suasana gaduh dan hiruk pikuk dapat membuat kelinci stres. Akhirnya bisa menimbulkan keguguran.

    N. Menangani Kelinci Bunting 27 Hari Pada Budidaya Kelinci

    Sanitasi kandang harus diperhatikan sebaik-baiknya. Kandang yang terawat kebersihannya akan menjauhkan kelinci dari gangguan penyakit. Kandang dan lingkungan yang bersih akan membuat kelinci hidup lebih tenang dan nyaman.

    Setelah usia bunting mencapai 27 hari, sediakan kotak sarang di dalam kandang. Kotak sarang berfungsi sebagai liang dalam tanah untuk tempat berlindung. Alas kotak dilapisi rumput kering sebagai tempat bersarang.

    Sekitar dua atau tiga hari kemudian induk kelinci akan mencabuti bulu tubuhnya sendiri. Bulu diletakkan di dalam kotak sarang. Mulai saat inilah induk kelinci bersiap-siap melahirkan anaknya.

    0. Susu Induk Kelinci Ternak

    Pada hari ke-30 sampai ke-32, anak kelinci sudah lahir. Kelinci melahirkan pada malam hari. Anak kelinci dilahirkan dalam keadaan tidak berbulu, buta, dan tuli. Induk kelinci menyelimuti anak-anaknya agar tidak kedinginan.

    Seekor induk kelinci dapat melahirkan anak 4-12 ekor, tapi rata-rata hanya 6-8 ekor anak sekali melahirkan. Induk kelinci memiliki delapan puting susu. Namun yang berfungsi baik hanya enam puting, sementara dua puting lainnya yang terletak paling depan kurang berfungsi. Bila jumlah anak kelinci lebih dari enam ekor, kemungkinan besar sisanya bakal kekurangan susu. Air susu kelinci mengandung 120 gram protein dan 155 gram lemak per kg. Puncak produksi antara 12-28 hari laktasi (masa kelinci berproduksi susu). Setelah 28 hari laktasi, air susu mengandung 125 gram protein dan 186 gram lemak per kg. Produksi susu mulai berhenti setelah 45 hari menyusui.

    Selama menyusui, kelinci membutuhkan pakan yang sama mutunya dengan ketika induk kelinci bunting, yaitu mengandung protein 16-20%, lemak 3-5,5%, serat kasar 14-20%, dan mineral 4,5-6,5%. Hal ini dapat dipenuhi dengan memberikan pakan pokok berupa rumput atau hijauan, ditambah 6,7% dari total berat hidup kelinci berupa konsentrat.

    Selama menyusui, seekor induk kelinci dapat mengonsumsi 0,5-1,5 kg hijauan dan 200-400 gram konsentrat per hari. Selain itu, kelinci membutuhkan banyak air minum. Kecukupan air minum sangat membantu pertumbuhan anak kelinci sehingga mampu berkembang dengan pesat.

    P. Mengamati Pertumbuhan Anak Kelinci Pada Budidaya Kelinci

    Umur tujuh hari, tubuh anak kelinci mulai tumbuh bulu. Mata mulai terbuka, dan umur sepuluh atau sebelas hari baru dapat melihat. Seminggu kemudian, umur 17 atau 18 hari, anak kelinci mulai keluar dari kotak sarang. Sejak lahir sampai keluar sarang, anak kelinci menyusu pada malam hari atau pagi hari.

    Setelah keluar dari kotak sarang, anak kelinci mulai belajar makan sendiri. Mereka meloncat-loncat, berlari-lari, makan rumput mengikuti jejak induknya. Karena alat pencernaannya belum begitu kuat, pakannya jangan terlalu banyak mengandung serat kasar. Sambil belajar makan, anak kelinci masih menyusu pada induknya.

    Anak kelinci disapih setelah mampu makan sendiri, umumnya paling lambat pada umur delapan minggu (56 hari). Mengingat pada minggu keenam (42 hari) susu induk sudah susut, biasanya pada saat itu sang anak sudah mulai disapih oleh induknya. Jadi, sebenarnya anak kelinci bisa disapih lebih awal.

    Derajat angka kematian anak kelinci tinggi, mencapai 20-25%. Kematian ini menyebabkan hanya 5-6 ekor anak kelinci yang hidup waktu disapih.

    Q. Bobot Sapih Anak Kelinci

    Anak kelinci yang disapih dapat sekaligus diteliti jenis kelaminnya. Kumpulkan jantan dengan jantan, betina dengan betina. Setiap kelompok dipelihara dalam kandang tersendiri, yaitu kandang pembesaran atau kandang koloni. Di kandang pembesaran anak kelinci dipelihara sampai umur empat bulan.

    Anak kelinci umur empat bulan dapat diseleksi. Pisahkan individu yang akan dikembangkan menjadi calon indukan baru dan yang diapkir atau dijual sebagai ternak potong. Anak kelinci yang dibesarkan membutuhkan pakan dengan kadar protein 17%. Pakannya terdiri dari hijauan dan konsentrat.

    Bila perawatan dan pakannya baik, kelinci ras seperti New Zealand White dapat mencapai bobot 2-3 kg/ekor pada umur empat bulan. Bila persentase karkasnya 50-60%, kelinci muda yang dipotong dapat menghasilkan daging sekitar 1-1,5 kg/ekor.

    R. Kelahiran Terencana Pada Ternak Kelinci

    Perkembangbiakan kelinci dapat diatur dengan kelahiran terencana. Kelahiran untuk kelinci terjadi 31-32 hari sesudah saat perkawinan yang berhasil, karena kebuntingan kelinci berlangsung selama 28-35 hari. Berikut ini data-data biologi kelinci.

    Data Biologi Kelinci
    Lama hidup : 5-10 tahun
    Lama produksi : 1-3 tahun
    Lama bunting : 28-35 hari
    Lama penyapihan : 6-8 minggu
    Umur dewasa : 4-10 bulan
    Umur dikawinkan : 6-12 bulan
    Kawin sesudah beranak : 1 minggu setelah anak disapih
    Siklus kelamin : poliestrus dalam setahun bisa 5 kali bunting
    Siklus birahi : sekitar 2 minggu
    Periode estrus : 11-15 hari
    Ovulasi : terjadi pada hari kawin (9-3 jam kemudian)
    Fertilitas : 1-2 jam sesudah kawin
    Jumlah anak lahir : 4-10 ekor
    Volume darah : 40 ml/kg berat badan
    Bobot dewasa : sangat bervariasi, tergantung pada ras, jenis kelamin, dan faktor pemeliharaan

    Kelinci tipe sedang (bobot dewasa 4 kg) mulai dikembangbiakkan setelah berumur 6-7 bulan. Lama induk mengandung sekitar 31 hari. Lama induk mengasuh anak 56 hari. Berdasarkan data itu, kelinci dapat diprogram melahirkan anak empat kali dalam setahun. Dasar perhitungannya sebagai berikut.

    31 hari mengandung + 56 hari menyusui = 87 hari
    31 hari mengandung + 56 hari menyusui = 87 hari
    31 hari mengandung + 56 hari menyusui = 87 hari
    31 hari mengandung + 56 hari menyusui = 87 hari
    Jumlah = 348 hari

    Bila sekali melahirkan rata-rata menghasilkan enam ekor anak, dalam setahun dari satu pasang kelinci dapat diperoleh kelinci baru 4 x 6 ekor = 24 ekor anak. Ini belum termasuk kelinci dewasa yang juga bisa berkembang biak.

    Dengan mempersingkat masa menyusui dari 56 hari menjadi 28 hari, kelahiran kelinci dapat ditingkatkan menjadi delapan kali setahun. Kalau rata-rata menghasilkan enam ekor anak, dalam setahun dari satu pasang induk dapat diperoleh kelinci 8 x 6 ekor = 48 ekor anak.

    Program kelahiran diatur berpangkal pada kapan induk dikawinkan lagi setelah melahirkan. Anak kelinci yang telah mencapai umur 28 hari dapat disapih dengan memindahkan ke kandang pembesaran.

    Anak dipisahkan ketika berumur 28 hari setelah dilahirkan. Anak yang disapih pada umur itu berukuran kecil dan kondisi karkasnya pun kurang memuaskan dibandingkan anak yang disapih setelah berumur 42-56 hari. Namun, penyapihan lebih awal tersebut memungkinkan jumlah litter yang lebih banyak dalam masa setahun. Selain itu, disapih umur berapa pun, anak kelinci biasanya dipotong setelah berumur 56 hari.

    S. Potensi Besar Ternak kelinci

    Kelinci memiliki potensi besar sebagai ternak penghasil daging. Secara teoretis sepasang induk kelinci dapat menghasilkan 80 kg daging dalam setahun. Hal ini berdasarkan daya produksi kelinci menghasilkan anak, dan kemampuan kelinci mengonsumsi pakan yang tidak dimanfaatkan manusia dan ternak industri intensif seperti ayam ras petelur dan pedaging.

    Satu pasang kelinci umur 5-6 bulan dalam setahun akan melahirkan 4-5 kali. Setiap satu kali kelahiran akan menghasilkan rata-rata enam ekor anak. Bila setahun melahirkan empat kali, akan diperoleh anak 4 x 6 ekor = 24 ekor.

    Bila 50% anak dijadikan induk baru, akan diperoleh 12 ekor induk baru atau enam pasang induk baru. Jika dari enam pasang induk baru tersebut pada tahun pertama melahirkan tiga kali (per pasang induk menghasilkan anak enam ekor sehingga diperolah 18 ekor induk muda), akan diperoleh 108 ekor induk muda.

    Pada tahun pertama itu juga, kelinci muda yang dapat dipotong adalah 24 ekor + 108 ekor = 132 ekor. Kalau berat rata-rata kelinci muda 2 kg/ekor, persentase karkas 50%, akan diperoleh daging 50% x 2 kg x 132 ekor = 132 kg daging.

    TEKNIK DAN CARA BUDIDAYA JAMUR KUPING

    Budidaya Jamur Kuping - Jamur telah dikenal dan populer sebagai makanan lezat sejak abad XIV M. Jamur telah menjadi santapan spesial bagi pejabat negara saat dinasti Ming berkuasa di daratan China. Kelezatan dan rasa khas jamur tersebar di seluruh penjuru dunia sejak terbukanya perdagangan dan komunikasi penduduk antar-negara dan benua. Jamur telah menjadi hidangan favorit sekaligus bergengsi.

    Budidaya jamur kuping dapat dikelola sebagai usaha sampingan ataupun usaha ekonomis skala kecil, menengah, dan besar ( industri). Negara-negara yang telah mengembangkan budidaya jamur kuping sebagai industri agribisnis andalan dan unggulan adalah China, Belanda, Spanyol, Francis, Belgia, dan Thailand. Negara-negara tersebut termasuk produsen jamur terbesar di dunia.

    Budidaya Jamur Kuping

    Pemeliharaan pada budidaya jamur kuping sangat sederhana, yaitu menciptakan dan menjaga kondisi lingkungan budidaya (cultivation) yang memenuhi syarat tumbuhnya. Langkah-langkah budidaya jamur kuping meliputi pembuatan atau perbaikan (rehabilitasi) rumah jamur (kumbung), perawatan miselium dan tubuh buah, pengendalian hama atau penyakit, dan pemanenan.

    Budidaya Jamur

    A. Pembuatan atau Rehabilitasi Rumah Jamur Kuping (Kumbung)

    Rumah jamur kuping yang sederhana dapat dibuat dari kerangka kayu (bambu) beratap daun rumbia, anyaman bambu, atau anyaman jerami padi. Ukuran kumbung yang ideal adalah 84 m² (panjang 12 m, lebar 7 m) dan tinggi 3,5 m. Bentuk kumbung mirip gerbong kereta api, tiang bawah kumbung jamur berdiri tegak dan atapnya melengkung setengah lingkaran.

    Ruangan kumbung budidaya jamur kuping dilengkapi rak atau para-para (shed) yang dipasang berjajar, berderat, dan bersusun berlapis-lapis di antara sisi-sisi tiang penyangga. Ukuran rak disesuaikan dengan ukuran polybag (kantong miselium) bibit jamur yang akan di inkubasi dan ditanam. Rak kumbung terdiri atas unit-unit rak yang terpisah oleh jalan utama dan jalan simpang yang membelah ruangan. Unit rak berupa sekat-sekat atau susunan kayu horizontal atau membujur berlapis-lapis yang dipasang kokoh dan rapi di antara tiang penyangga. Lebar dan tinggi setiap unit rak dibuat sekitar 2 x 20 cm (panjang polibag) atau sekitar 40 cm, sedangkan panjangnya 3 m atau disesuaikan dengan ukuran lebar kumbung.

    Deretan unit-unit rak dipasang secara teratur pada sisi kiri dan kanan ruangan sehingga bagian tengah kumbung terdapat jalan selebar 1 m dan di antara unit-unit rak terdapat jalan simpang selebar 80 cm.

    Pembuatan susunan (sekat) unit-unit rak yang ideal tidak lebih dari 5 lapisan. Setiap lapisan rak ini mampu memuat atau menampung polybag sebanyak 2 kantong ke arah vertikal dan 15 — 16 buah ke arah horizontal. Unit rak ukuran 3 m (panjang) dan 40 cm (lebar dan tinggi) dapat diisi sekitar 60 kantong polybag sehingga seluruh unit rak yang tersusun 5 lapis dapat diisi sekitar 300 kantong polybag.

    Susunan rak lapisan bawah dibuat sekitar 20 cm — 25 cm di atas permukaan lantai dasar agar sirkulasi udara pada bagian ini tidak terhambat dan tubuh buah jamur yang tumbuh pada lapisan rak paling bawah ini tidak menyentuh dan terkontaminasi oleh kotoran yang mencemari lantai dasar. Demikian pula, ruangan kumbung tidak dipenuhi oleh unit-unit rak. Sediakan tempat kosong sekitar 25% dari luas lantai dasar ruangan kumbung pada salah satu sisi ruangan sebagai tempat inkubasi. Pada setiap rumah jamur ukuran 84 m² dapat dibuat sekitar 18 — 20 unit rak dengan 1 unit lantai inkubas.

    Atap dan dinding kumbung ditutup rapat dan kokoh. Atap kumbung yang praktis dan hemat biaya dapat dibuat dari anyaman daun rumbia. Dinding rumah jamur sisi panjang dibuat 2 lapisan, yaitu lapisan atas dibuat dari anyaman bambu sedangkan lapisan bawah setinggi 1 m dibuat dari lapisan plastik bening (transparan). Jika kondisi yang kurang baik, khususnya kelembaban ruangan kumbung agak rendah, maka seluruh atap dan dinding kumbung perlu dilapisi lembaran plastik.

    Pada dinding kumbung bagian atas diberi lubang ventilasi terbuka sedangkan dinding kumbung bawah diberi lubang ventilasi khusus yang dapat dibuka atau ditutup kembali. Lubang ventilasi dinding atas pada kumbung ukuran ideal sebanyak 4 buah. Dua buah ventilasi terdapat pada dinding kumbung sisi kiri dan sisanya terdapat pada dinding kumbung sisi kanan. Untuk mencegah masuknya burung-burung atau binatang liar lain, maka pada ventilasi terbuka dipasang kawat kasa yang dijepit bingkai bambu pada keempat sisi-sisinya. Sedangkan ukuran setiap ventilasinya adalah 60 cm x 40 cm.

    VentiIasi pada dinding bagian bawah berupa jendela plastik yang disobek membentuk huruf L atau U. Tujuannya adalah agar sobekan plastik tersebut dapat dibuka dan ditutup atau dirapatkan kembali. Jumlah dan ukuran ventilasi sama dengan ventilasi terbuka, sedangkan letaknya sekitar 1 m samping kiri atau kanan ventilasi terbuka.

    Rumah jamur di lengkapi dengan pintu utama yang dipasang pada bagian depan. Pintu ini dibuat dari anyaman bambu yang dibingkai dengan kerangka kayu papan atau bilah-bilah bambu.

    Masa pakai optimal rumah jamur sederhana dari kerangka kayu, atap daun rumbia, serta dinding anyaman bambu dan lembaran plastik tersebut sekitar 2 tahun atau sekitar 4 peroide produksi. Selanjutnya, rumah jamur tersebut dapat dibongkar dan dibangun kembali rumah jamur sederhana dengan bahan-bahan baru atau diperbaiki (direhabilitasi) dengan mengganti bahan-bahan yang telah rusak.

    Budidaya Jamur Kuping

    B. Perawatan Miselium dan Tubuh Buah Jamur Kuping

    Bibit jamur (miselium) F4 hasil pembelian atau produksi sendiri dapat diangkut dan dimasukkan dalam kumbung yang telah disiapkan. Jumlahnya disesuaikan dengan ketersediaan bibit dan kapasitas kumbung. Pada kumbung ukuran 84 m² dan tinggi 3,5 m dapat ditanam sekitar 5.000 kantong polybag bibit jamur kuping.

    Letakkan polybag tersebut di atas permukaan lantai inkubasi yang telah disediakan, yaitu permukaan lantai kosong yang tidak ditutup rak. Posisi polybag adalah vertikal, alas polybag di bawah, dan bagian permukaan tempat pesemaian miselium yang ditutup (disumbat) kapas di atas.

    Bibit jamur pada lantai inkubasi tersebut dibiarkan selama 1,5 buIan hingga miselium tumbuh dengan sempurna. Masa penanaman ini disebut inkubasi. Selama masa inkubasi, miselium akan tumbuh menutupi permukaan dan pori-pori media tumbuh dalam polybag. Miselium yang tumbuh baik akan menutup sekitar 70% permukaan dan pori-pori media tumbuh.

    Usai masa inkubasi dilanjutkan dengan penanaman. Bibit jamur yang tumbuh baik segera disusun di atas lapisan-lapisan rak. Sambil menyusun polybag bibit jamur, sekaligus dilakukan seleksi. Bibit yang tidak tumbuh baik dan terkontaminasi oleh kotoran dan jamur lain dikumpulkan dalam karung dan dibuang atau dibakar.

    Polybag disusun miring ke kiri dan ke kanan. Bagian atas (tutup) polybag miring ke arah jalan simpang sedangkan alasnya saling bersinggungan.

    Selesai penyusunan polybag dapat dilakukan monitoring pertumbuhan miselium. Dalam monitoring ini dilakukan pemeriksaan atau identifikasi ulang terhadap miselium dalam polybag. Jika dijumpai miselium dalam polybag yang tumbuh kurang baik, maka harus segera diambil dan dibuang, kemudian diganti dengan polybag lain atau dibiarkan kosong.

    Setelah seluruh atau sekitar 75% permukaan pori-pori media tumbuh tertutup oleh miselium jamur kuping, maka segera dilakukan penumbuhan jamur dengan cara menyobek plastik polybag. Penyobekan dilakukan pada bagian lengkung di dekat ujung polybag. Sobekan membentuk huruf L atau lubang segi empat berukuran 1 cm x 1 cm. Sobekan berbentuk huruf L harus membentuk siku-siku terbuka ke arah ujung polybag.

    Biasanya, sekitar 15 hari kemudian, calon tubuh buah jamur (pin head) akan tumbuh pada sobekan tersebut. Penyobekan kantong polybag diulangi lagi dengan cara yang sama setelah calon jamur berumur 15 hari atau sekitar 30 hari sejak penanaman polybag. Posisi penyobekan kedua sebaiknya berseberangan dengan letak (posisi) sobekan sebelumnya. Tujuannya adalah agar terjadi pemerataan pemanthatan cumber nutrisi yang terkandung dalam media tumbuh sekaligus memudahkan pelaksanaan pemetikan dan menjamin kontinuitas panes.

    Pekerjaan pokok dan rutin selama perawatan miselium dan tubuh buah jamur kuping adalah penyiraman, pengontrolan kelembaban dan sirkulasi udara, serta kebersihan kumbung. Penyiraman dilakukan setelah tubuh buah jamur yang tumbuh pada sobekan pertama berumur 15 hari atau sekitar 2,5 bulan sejak masa inkubasi. Penyiraman dilakukan dengan menyemprotkan kabut air memakai sprayer yang dilengkapi nozzle.

    Rumah jamur kuping raksasa dan di bangun permanen dapat dilengkapi dengan alat semprot otomatis (presage chamber) untuk mengatur semprotan air bersih dan berkabut yang mucrat melalui nozzle yang dipasang pada tiang atau dinding.

    Penyiraman pertama dilakukan sampai tubuh buah jamur basah dan meneteskan air. Sedangkan penyiraman berikutnya dilakukan secara rutin setiap hari sesuai dengan kondisi udara (cuaca). Penyiraman pada musim panas serta suhu udara cukup tinggi dan kelembaban ruangan kumbung agak rendah dilakukan sebanyak 2 — 4 kali sehari. Frekuensi penyiraman saat suhu udara terlalu tinggi yang dibarengi dengan tiupan angin kencang dilakukan sebanyak 5 kali sehari.

    Tindakan yang dilakukan jika tidak ada angin dan sirkulasi udara dalam kumbung terhambat serta tidak terjadi hujan adalah membuka atau menyingkapkan ventilasi plastik pada dinding kumbung bagian bawah. Kebersihan kumbung selama pemeliharaan harus dijaga dengan baik. Setiap selesai panen, lantai dasar kumbung harus ditaburi kapur. Tindakan ini untuk mencegah serangan penyakit atau serangga pengganggu sekaligus menciptakan kondisi rumah jamur tetap sehat.

    Budidaya Jamur Kuping

    C. Pengendalian Hama dan Penyakit Jamur Kuping

    Masalah utama pemeliharaan jamur kuping adalah kontaminasi dan serangan hama. Pelaksanaan sterilisasi ruangan dan peralatan serta media tumbuh pada pembiakan miselium F4 yang kurang sempurna akan memudahkan kontaminasi oleh jamur lain. Jenis jamur yang seringkali mengkontaminasi miselium atau calon tubuh buah (pin head) jamur kuping adalah Trichoderma sp. Jamur ini berwarna hijau dan tumbuh seperti lumut pada permukaan media.

    Acapkali, miselium polybag jamur kuping terkontaminasi oleh jamurjamur penyaing (kompetitor) yang tumbuh berupa bintik-bintik hitam pada permukaan media. Jamur-jamur yang belum dapat diidentifikasi jenisnya ini tumbuh dan memanfaatkan nutrisi media tumbuh sebagai habitat dan sumber makanan.

    Masalah lain adalah kebersihan ruangan dan fluktuasi kandungan air dalam media tumbuh. Rumah jamur yang dibuat sederhana mudah kotor dan terpolusi oleh kotoran-kotoran yang bersumber dari bahan-bahan pembuatan kumbung atau bahan-bahan lain. Pelaksanaan penyiraman yang kurang baik juga akan menyebabkan fluktuasi kandungan air media tumbuh. Kelebihan atau kekurangan air media tumbuh akan menyebabkan pertumbuhan jamur tidak normal dan mudah terkontaminasi oleh jemur lain.

    Untuk menghindari kontaminasi dan serangan hama atau penyakit perlu dilakukan tindakan pencegahan (preventif). Tindakan pertama adalah menjaga kebersihan rumah jamur dan tempat inkubasi serta rak penanaman (pemeliharaan). Tindakan kedua adalah membuang dan memusnahkan kantong polybag yang terkontaminasi jamur lain atau hama. Tindakan lain adalah menjaga kebersihan alat pembiakan, pengawasan dan pengontrolan pelaksanaan strerilisasi peralatan serta media tumbuh, dan menjaga kebersihan rumah jamur dengan penyemprotan pestisida sebelum dilakukan penanaman atau selama pemeliharaan dan setiap usai pelaksanaan panen.

    Budidaya Jamur

    D. Panen Jamur Kuping

    Jamur kuping dipanen saat perturnbuhan tubuh buah telah maksimal. Masa pertumbuhan jamur kuping ditandai oleh perubahan tepi atau pinggiran tubuh buah yang bergelombang dan tidak rata. Waktu panen paling tepat adalah pada umur 3 4 minggu terhitung sejak pembentukan calon tubuh buah (pin head) dan ukuran panjangnya telah maksimal atau beratnya telah mencapai sekitar 65 gr.

    Panen dilakukan secara manual dengan eara mencabut jamur beserta akarnya. Pelaksanaan panen seringkali mengalami kesulitan saat mencabut akar. Akar jamur yang tidak tercabut akan membusuk dan mengganggu pertumbuhan calon jamur yang akan berkembang di sekitar pembusukan akar. Akar jamur yang tidak tercabut hares diambil paksa dengan dicungkil memakai kayu atau dijepit dan dicabut dengan penjepit khusus.

    Panen jamur pada satu periode penanaman selama 5 — 6 bulan dapat dilakukan sebanyak 4 -5 kali. Dalam kondisi yang balk dapat dipanen hingga 6 kali. Selanjutnya, media tumbuh hanya menghasilkan tubuh buah jamur yang berukuran kecil sehingga perlu diganti dengan bibit bare dari hasil pembiakan yang lebih balk dan mutunya terjamin.

    Budidaya Jamur

    Pasca Panen Jamur Kuping

    Jamur kuping dapat dikonsumsi dalam bentuk segar atau disimpan dalam keadaan kering serta diolah menjadi produk awetan. Jamur kuping yang baru dipetik (dipanen) segera dicuci dengan air bersih. Pangkal jamur dipotong, kemudian kotoran, spora, dan air media yang menempel pada permukaan tubuh buah dibersihkan dan dicuci. Caranya, permukaan tubuh buah dibasahi air, kemudian digosok pelan-pelan hingga seluruh kotoran dan spora yang berwarna putih lenyap. Karena tubuh buah jamur mudah robek, pekerjaan ini sebaiknya dilakukan dengan hati-hati.

    Jamur yang telah bersih dapat langsung direbus atau dimasak dan dikonsumsi sebagai hidangan lezat atau dikeringkan, kemudian disimpan sebagai persediaan sayuran. Macam masakan jamur kuping yang telah dikenal dan disukai oleh masyarakat Indonesia adalah sup jamur, sukiyaki, tauco jamur, tumis jamur, acar jamur kuping, timlo dan nasi, atau mie goreng jamur kuping. Beberapa resep dan cara mengolah jamur kuping menjadi masakan lezat dapat dilihat pada lampiran 1 — 7.

    Sebagai persediaan sayuran, jamur kuping harus disimpan dalam keadaan kering. Pengeringan dilakukan secara manual dengan menjemur Baran tubuh buah jamur di atas para-para atau pengeringan mekanik menggunakan oven. Pengeringan secara manual dilakukan selama 3 — 4 hari. Pengeringan dilakukan pada tempat-tempat terbuka. Selama pelaksanaan pengeringan dilakukan pembalikan berulang-ulang agar tingkat kekeringannya merata dan sempurna. Selanjutnya, jamur kuping dikemas dan disimpan pada tempat atau ruangan teduh, sejuk, dan sirkulasi udaranya lancar.

    Untuk penyimpanan jangka panjang (lama), bungkus kemasannya harus tertutup rapat. Pengemasan (packing) untuk penyimpanan sebaiknya menggunakan kantong plastik tebal. Jamur kuping disusun berlapis-lapis dalam kantong plastik. Setelah isi kantong penuh, mulut permukaan kantong plastik ditangkupkan, kemudian ditekan sedikit untuk mengeluarkan udara di dalamnya. Dalam keadaan hampa udara, tangkupan mulut kantong plastik dilipat dan diikat dengan karet atau tali rafia.

    Kemasan jamur kuping dalam kantong plastik dimasukkan dalam wadah berupa kotak kayu atau karton tebal yang rapat dan tidak bocor. Kemasan jamur disusun berlapis-lapis dan setiap kotak (karton) dapat diisi sesuai dengan kapasitasnya.

    Untuk mencegah serangan hama perusak karton dan kemasan jamur, maka setiap kotak penyimpanan diisi CS2 yang dimasukkan dalam botol kecil. Sumbat mulut botol dengan kapas, kemudian selipkan botol ini di tengah-tengah susunan kantong plastik jamur dalam karton. Susun kotak penyimpan kemasan jamur kuping dalam keadaan tertutup.

    Penyimpanan jamur kuping kering dalam kemasan kantong plastik dan kotak karton yang baik dan tidak bocor dapat bertahan selama 1 tahun. Penyimpanan dalam jumlah banyak dan jangka panjang sebaiknya lantai ruangan yang digunakan dilengkapi dengan kayu papan yang diberi sepatu. Sedangkan penyimpanan terbatas dapat ditaruh di atas lantai yang dilapisi kertas atau lembaran plastik.

    BACA JUGA TAMAN STEK

    Berita Terbaru

    Blog Archive